Senin, 26 Januari 2009

Pemijahan


Seleksi Benih
Kegiatan yang paling sulit dari rangkaian kegiat-an pemijahan adalah penyeleksian benih. Seleksi yang sembrono atau ceroboh akan mengakibatkan kita rugi, karena biaya makan yang banyak dan tenaga ekstra yang telah banyak tercurahkan hanya menghasilkan koi yang rendah mutunya.
Dewasa ini ada anggapan bahwa orang yang me-mijahkan koi selalu berharap menghasilkan koi yang bagus kualitasnya. Anggapan ini keliru sama sekali, sebab tidak sedikit dari mereka yang sudah ber-pengalaman mendapatkan benih koi yang keseluruh-annya jelek. Umumnya di antara mereka tidak mem-produksi secara masal, sebab produksi masal susah diurut asal-usulnya. Asal-usul ini sangat perlu, ter-utama Jika akan mengawinkan koi dengan induknya. Dengan pemijahan berpasangan, induk akan mudah dicari sebab induk hanya seekor betina dan dua atau tiga ekor jantan yang gampang diingatnya. Mempro-duksi koi secara masal hanya akan menambah pekerjaan, karena seekor koi mampu menghasilkan anak hingga puluhan ribu ekor.
Kepadatan benih yang sangat tinggi cenderung membuat benih bersaing tempat dan makanan. Koi yang buruk dapat merusak koi yang mutunya bagus. Oleh karenanya perlu diadakan penyeleksian yang ketat.
Penyeleksian dilakukan ketika benih berumur 1 hingga 3 bulan, dan benih dipisahkan menurut besar dan jenisnya. Ada beberapa ekor koi yang umumnya tumbuh kelewat bongsor, sedangkan se-bagian lagi sangat lambat. Penyeleksian ini juga akan membantu koi yang pertumbuhannya lambat bisa tumbuh normal kembali.
Selama 1-3 bulan penyeleksian dilakukan seba-nyak 3 atau 4 kali. Seleksi yang pertama, dilakukan sekitar 2 minggu setelah menetas bagi Showa, 50 hari setelah menetas untuk Ogon, 60 hari untuk Kohaku dan Taisho-sanke. Benih yang cacat ditan-dai dengan warna merah, putih, atau hitam saja. Biasanya dari jumlah benih yang menetas, sisanya yang bagus tinggal 10—20%. Seleksi kedua dilakukan untuk menentukan pola warna dan kualitas secara keseluruhan. Setelah selesai seleksi akan makin sedikit benih yang masih tersisa, tapi yang jelas akan semakin ringan pekerjaan yarig hams kita lakukan. Seleksi benih memang susah, dan hanya bisa dilakukan dengan benar dan serius oleh mereka yang sudah dekat dengan koi. Dan penglihatan yang tajam tetap diperlukan untuk mendapatkan benih-benih yang bagus kualitasnya. Secara umum benih-benih yang lolos seleksi akan memiliki ciri-ciri se-bagai berikut :- Badan dan siripnya normal, tidak cacat.- Warna badannya sudah nampak menonjol, se-suai dengan varietasnya.- Warna putih, merah, hitam atau kuning nampak jernih tidak tercampur dengan warna lain.

Perawatan Benih
Benih-benih yang sudah berenang bebas harus dipindahkan ke kolam yang seminggu sebelum pelaksanaan pemijahan sudah dipersiapkan. Untuk menumbuhkan makanan alami bisa ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut.
Kolam dikeringkan hingga dua hari di bawah terik matahari dan disemprot dengan pestisida agar binatang yang tidak dikehendaki mati. Pestisida yang dipakai Diphterex atau Nogos dengan dosis 0,5 - 1,0 ppm. Kemudian untuk menyediakan makanan bagi binatang renik, kita perlu memupuknya dengan kotoran ayam dan jerami. Supaya tidak berantakan, jerami ini ditindih dengan batu dan di-letakkan di sudut-sudut kolam. Banyaknya kotoran ayam kurang lebih Vh kg/m2. Pintu pemasukan hams diberi saringan.
Dalam beberapa hal, air yang terkena jerami akan berubah warna menjadi merah kecokelatan. Namun, dalam beberapa hari kemudian akan jernih kembali. Jika pemberian kotoran ayam dan jerami tepat, maka dalam beberapa hari kemudian akan tumbuh infusoria dan fitoplankton. Pemberian yang terlalu banyak, biasanya akan memperlambat tum-buhnya, tapi lama juga habisnya. Sebaliknya Jika pupuk yang kita tabur terlalu sedikit, makanan alami ini akan cepat tumbuhnya dan cepat juga hilangnya. Setelah kurang lebih sepuluh hari daph-nia akan tumbuh Benih-benih koi sudah waktunya dimasukkan di dalam kolam ini.
Jika kita tidak bisa menumbuhkan makanan alami ini, terpaksalah kita memberi makan benih koi dengan makanan buatan seperti kuning telur yang direbus, tepung udang, susu bubuk untuk anak sapi, dan makanan tepung khusus untuk koi. Sangat penting untuk menjaga agar air tidak busuk oleh makanan buatan (tambahan) ini. Caranya dengan memasukkan air baru agar sisa makanan hanyut.

Penetasan Telur
Untuk bisa menetas dengan baik, telur harus selalu terendam dalam air dan suhu air dijaga agar tetap konstan. Jika suhu terlalu dingin penetasan akan berlangsung lebih lama, sedangkan jika terlalu tinggi maka telur bisa mati dan membusuk.
Supaya telur bisa terendam semua, rangkaian kakaban harus "ditenggelamkan" ke dalam kolam. Untuk itu kita bisa memakai ;asa gedebog pisang. Potong tiga buah gedebog pisang sepanjang 40 cm, lalu letakkan di atas rangkaian kakaban dengan dua ruas bambu sebagai alasnya. Supaya bisa stabil, gedebog tersebut diratakan pada salah satu sisinya.
Dalam tempo 2-3 hari biasanya telur sudah mulai menetas, dan paling lambat 2 hari kemudian, kakaban boleh diangkat dan dipindahkan ke tempat lain, karena semua telur sudah menetas. Kakaban harus digoyang-goyangkan dalam air dulu, agar tidak ada benih yang ikut terbawa. Kemudian kakaban dicuci bersih dan dijemur agar bisa dipakai lagi di lain kesempatan.
Karena benih koi umur seminggu masih lembut, umumnya orang menetaskan telur koi dalam hapa yaitu kantung yang bermata lembut yang biasa untuk menampung benih. Di dalam hapa, benih akan lebih mudah dikumpulkan dan tidak mudah hanyut.
Koi yang baru menetas masih membawa kuning telur sebagai persediaan makanan utama yang pertama. Selama itu mereka belum membutuhkan makanan dari luar karena toh alat-alat pencernaannya belum terbentuk sempurna. Dalam dua atau tiga hari kemudian, mereka sudah mulai berenang. Pada saat ini sudah waktunya bagi kita untuk menyedia-kan makanan bagi benih. Benih ini harus dipindah-kan ke kolam lain yang banyak mengandung makanan alami.

Pelaksanaan Pemijahan
Induk dimasukkan sekitar jam 16.00 dan akan mulai memijah tengah malam. Induk betina akan berenang mengelilingi kolam dan diikuti induk jan-tan di belakangnya. Makin lama gerakan mereka makin seru, dan induk jantan akan mulai menempel-kan badannya ketika mengikuti induk betina. Pada puncaknya, induk betina akan mengeluarkan telur-nya dengan sesekali meloncat ke udara. Aktifitas betina ini segera diikuti dengan jantan mengeluarkan cairan sperma.
Telur-telur betina yang terkena sperma jantan akan menempel pada kakaban atau bahan penempel telur lainnya dan susah lepas. Sebaliknya ada sebagi-an telur yang jatuh ke dasar kolam, dan ini harus kita selamatkan nanti. Perkawinan akan selesai pada pagi harinya, dan induk harus segera dipindahkan dan diberi makan. Jika kita terlambat memindahkan induk, telur bisa dimakan oleh induknya.
Ada dua cara untuk memisahkan induk dari telur yang dihasilkan. Pertama, dengan memindahkan induk dari kolam pemijahan dan tetap mem-biarkan telur menetas di kolam pemijahan. Cara kedua dengan memindahkan telur ke kolam penetas-an. Cara pertama rupanya lebih praktis karena lebih menghemat lahan (kolam).
Untuk mencegah supaya tidak terserang jamur, telur-telur harus direndam dalam larutan Malachyt-green dengan konsentrasi 1/300.000 selama 15 menit. Ketika hendak merendam telur-telur ini, Sebaiknya kakaban digoyang-goyangkan pada air agar lumpur atau kotoran yang mungkin menutupi telur bisa bersih.

Pelaksanaan Pemijahan
Induk dimasukkan sekitar jam 16.00 dan akan mulai memijah tengah malam. Induk betina akan berenang mengelilingi kolam dan diikuti induk jan-tan di belakangnya. Makin lama gerakan mereka makin seru, dan induk jantan akan mulai menempel-kan badannya ketika mengikuti induk betina. Pada puncaknya, induk betina akan mengeluarkan telur-nya dengan sesekali meloncat ke udara. Aktifitas betina ini segera diikuti dengan jantan mengeluarkan cairan sperma.
Telur-telur betina yang terkena sperma jantan akan menempel pada kakaban atau bahan penempel telur lainnya dan susah lepas. Sebaliknya ada sebagi-an telur yang jatuh ke dasar kolam, dan ini harus kita selamatkan nanti. Perkawinan akan selesai pada pagi harinya, dan induk harus segera dipindahkan dan diberi makan. Jika kita terlambat memindahkan induk, telur bisa dimakan oleh induknya.
Ada dua cara untuk memisahkan induk dari telur yang dihasilkan. Pertama, dengan memindahkan induk dari kolam pemijahan dan tetap mem-biarkan telur menetas di kolam pemijahan. Cara kedua dengan memindahkan telur ke kolam penetas-an. Cara pertama rupanya lebih praktis karena lebih menghemat lahan (kolam).
Untuk mencegah supaya tidak terserang jamur, telur-telur harus direndam dalam larutan Malachyt-green dengan konsentrasi 1/300.000 selama 15 menit. Ketika hendak merendam telur-telur ini, Sebaiknya kakaban digoyang-goyangkan pada air agar lumpur atau kotoran yang mungkin menutupi telur bisa bersih.

Persiapan Pemijahan
Pertama kali yang harus disiapkan untuk pemijahan adalah kolam. Kolam dikeringkan di bawah terik matahari. Pintu pemasukan dipasang saringan untuk mencegah masuknya ikan seribu atau hama air lainnya yang tidak diharapkan. Pada pintu pem-buangan hendaknya juga dipasang saringan untuk mencegah telur yang mungkin hanyut.
Telur koi menempel (adesif) sifatnya, dan biasanya koi akan bertelur di bawah tanaman atau bahan apa saja yang bisa dipakai untuk menempelkan telurnya. Oleh karena itu sediakan penempel telur yang memadai agar telur koi bisa selamat. Penempel telur yang dipakai bisa kakaban seperti yang sering dipakai untuk memijahkan ikan mas. Kakaban di-buat dari ijuk yang dijepit dengan bilah bambu yang dipaku. Kakaban yang baik terbuat dari ijuk yang panjang dan rata dengan ukuran kakaban 40 cm lebar dan 120 cm panjang. Banyaknya kakaban yang diperlukan disesuaikan dengan besar induk betina, biasanya 4 - 6 buah untuk setiap 1 kg induk betina. Namun sesuaikan juga dengan luas kolam. Jika kolam terlalu sempit, Jangan dipaksakan untuk menampung kakaban ini, karena malah akan meng-ganggu gerak koi nantinya.
Agar bisa mengapung, kakaban tersebut disusun di atas sepotong bambu yang masih utuh. Di atas kakaban diberi bilah bambu dan diikat agar kumpul-an kakaban ini tidak bercerai-berai ketika pasangan induk memijah. Sebelum dipasang kakaban ini harus dibersihkan, dicuci, dan dibilas agar terbebas dari lumpur.
Kakaban dipasang setelah kolam diisi air. Air harus selalu mengalir ke kolam pemijahan untuk me-rangsang pasangan koi yang hendak memijah. Selain kakaban bisa juga dipakai tanaman air seperti Hydrilla yang disusun atau potongan tali rafia se-bagai pengganti ijuk.Kolam pemijahan tidak bisa dan tidak mungkin menjadi satu dengan kolam taman. Kolam pemijahan harus mempunyai pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air tersendiri. Selain itu, seluruh kolam harus diplester dan bisa dikeringkan dengan sempur-na. Luas kolam pemijahan bisa bervariasi, mulai dari 3-6 m2 dengan kedalaman kolam 0,5 m. Lokasi kolam harus cukup mendapatkan sinar matahari, tidak terlalu ribut, jika mungkin terlindung dari jangkauan anak-anak dan binatang piaraan lainnya.
Jika mungkin, sediakan juga kolam penetasan telur dan tempat perawatan benih. Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Bila kolam bulat, usahakan diameternya antara 1,5—2 m. Satu kolam lagi jika ada, yaitu kolam untuk me-numbuhkan makanan alami yang dipakai untuk mensuplai makanan benih jika kuning telurnya telah habis. Kedalaman kolam sekitar 30 cm. Luas kolam antara 6—10 m2, cukup memadai.
Bagi mereka yang mempunyai uang cukup, bisa melapisi kolam-kolamnya dengan bahan vinil, yaitu bahan yang biasa untuk membuat bak fiberglass. Dengan lapisan bahan ini, kolam-kolam tersebut lebih terjamin kebersihannya dan efek dari semen atau bahan lain bisa dihilangkan. Jika bahan ini di-anggap terlalu mahal, cukup disediakan kolam semen yang sudah lama.
Bagaimana kalau tidak bisa disediakan ketiga kolam tersebut? Jika kita tetap nekat ingin memi-jahkan memang masih tersedia jalan. Jalan lain yang mengandung risiko terlalu berat harus ditempuh, jika kita hanya mempunyai kolam pemijahan. Tentunya dengan mengambil langkah-langkah jitu agar kolam tersebut bisa dipakai untuk berbagai keperlu-an.

Seleksi Induk
Syarat utama induk yang harus dipenuhi ada-lah induk sudah matang kelamin dan matang tubuh, Matang kelamin artinya induk jantan sudah meng-hasilkan sperma dan induk betina sudah menghasil-kan telur yang matang. Matang tubuh artinya, secara fisik mereka sudah siap untuk menjadi induk-induk produktif. Bisa saja induk-induk tersebut sudah menghasilkan telur atau sperma, tetapi kalau- fisik-nya "payah" atau tidak meyakinkan Sebaiknya kita pilih yang lain.
Syarat lain tentu fisiknya harus prima, artinya lengkap dan tidak cacat. Sirip-siripnya masih leng-kap, demikian juga sisiknya. Gerakannya masih anggun dan seimbang serta tidak loyo. Umur induk minimal 2 tahun pada jantan, dan 3 tahun pada betina. Betina terlihat lebih besar dibandingkan dengan jantan, perutnya terlihat lebih besar dibandingkan punggungnya, dan ini gampang dilihat dari atas. Jantan Sebaliknya, lebih langsing dan perutnya rata jika dilihat dari punggung. Pada masanya kawin, konon pada sirip dada induk jantan akan muncul bintik-bintik berwarna putih.
Pilihlah seekor induk betina dengan 2 atau 3 induk jantan. Perbandingan yang sepintas dianggaptidak seimbang ini justru untuk menyeimbangkan kemampuan induk betina menghasilkan telur dengan jantan yang mengeluarkan sperma. Jika seekor betina hanya diberi pasangan seekor jantan, banyak telur yang tidak bisa dibuahi sperma. Selain dari itu, Jika hanya satu jantan yang dimasukkan ke kolam pemijahan dan tanpa disangka pejantan ini ngadat, maka gagallah pemijahan kita. Sebaliknya dengan menyediakan stok jantan yang cukup, hal ini bisa dihindari.
Disarankan untuk tidak menggunakan stok induk yang paling bagus, karena dengan mengawin-kan koi yang bagus biasanya koi tersebut akan men-jadi buruk/jelek. Anak keturunannya pun belum tentu sebagus induknya. Yang dikehendaki adalah koi yang biasa-biasa saja, artinya masih memiliki sifat-sifat unggul, seperti warnanya pekat, kendati polanya tidak prima. Pada saat seleksi benih, kita bisa memilih mana yang bagus dan mana yang perlu diafkir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar