Senin, 26 Januari 2009

Cara Memilih Koi

Memilih Koi

Yang harus diperhatikan ketika membeli koi
Beberapa hal lain yang harus pula diperhatikan ketika membeli koi adalah :
1. Warna koi akan dipengaruhi oleh sinar atau cahaya yang jatuh ke permukaan badannya. Warna alami ataupun warna buatan akan mem-pengaruhi warna asli yang bakal terpantul dari permukaan badannya. Jika kita membeli koi, Jangan memilih koi yang berada di dalam ruang-an dengan cahaya buatan, karena warna koi yang asli akan tertutup dengan cahaya buatan ini. Paling bagus adalah melihat koi dalam ruangan terbuka di bawah cahaya matahari.
2. Beberapa koi akan pudar warnanya pada musim I panas. Jika membeli ikan yang warnanya mencolok, waktu musim panas adalah yang paling bagus. Musim panas sering diidentikkan dengan masa pertumbuhan, yang tentunya akan mem-pengaruhi terhadap kecerahan warna badannya. Jenis Ogon yang bagus adalah yang berwarna keemasan, dan Jika warnanya kehitam-hitam-an hendaknya tidak perlu dipilih. Jika kita temukan koi yang agak pudar, tapi oleh peda-gangnya diberi jaminan bahwa warnanya akan pulih kembali dengan perawatan yang intensif, ambillah koi tersebut. Namun Jika tidak ada jaminan dari.pedagangnya, Sebaiknya tidak di-ambil.
Berkaitan dengan poin kedua di atas, maka sangat penting mengetahui secara pasti pedagang koi langganan kita. Jangan membeli koi pada pedagang yang tidak bisa dipercaya, dan Sebaiknya kita mempunyai tempat langganan untuk membeli segala kebutuhan koi. Untuk mengetahui kebonafidan pedagang yang dimaksud, caranya mudah. Apabila si pedagang dengan fasih mampu memberi pertimbangan-pertim-bangan tentang koi dengan jawaban yang me-muaskan kita, sedikitnya kita lantas tahu bahwa si pedagang paham tentang koi.
Masih berkaitan dengan poin keempat, perhati-kan tempat berdagang mereka. Jika tempat untuk memajang ikan koi bersih dan sirkulasi air-nya lancar, maka kita boleh berharap bahwa kita bakal mendapatkan koi yang sehat. Sebaliknya Jika tempatnya kotor dan banyak sisa endapan, maka bisa jadi koi yang ada di daiamnya tidak sehat. Sebaiknya carilah tempat lain yang lebih bersih.

Kualitas
Kualitas koi sesungguhnya sulit dilukiskan dengan kata-kata. Kualitas yang tinggi merupakan perpaduan antara warna-warna putih, merah, hitam, dan bentuk badan secara keseluruhan. Suatu kecen-derungan untuk menilai koi lebih yang besar, tanpa melepaskan kriteria warna badannya, adalah sangat penting.
Kualitas koi identik dengan setiap poin yang berlaku di dalam penjurian perlombaan koi. Bentuk badannya, warnanya, pola warna, dan keanggunan-nya sangat erat hubungannya dengan kualitas koi. Mendapatkan kualitas yang bagus adalah suatu hal yang sangat kita harapkan. Dan pastilah koi demi-kian akan mendapatkan nilai yang tinggi apabila diikutkan dalam perlombaan. Adalah salah besar apabila kita Selama ini hanya menganggap bahwa nilai seekor koi hanya ditentukan oleh pola warna badannya ataupun dari besarnya saja.
Dengan mengetahui kualitas koi, kita bisa mem-perkirakan harganya. Artinya, Jika koi yang hendak kita beli benar-benar bagus, tidak salah apabila kita harus mengeluarkan uang hingga jutaan rupiah. Nilai sebesar itu tentu tidak untuk seekor koi yang rendah kualitasnya. Jangan lagi kita menjadi korban i dari keisengan pedagang yang menawarkan seekor i ikan mas lauk yang sekalipun besar dan bentuk ba-dannya bagus, dengan harga seekor koi. Atau Sebaliknya, Jangan sampai kita bertahan dengan harga yang rendah ketika nienawar seekor koi berkualitas prima. Karena hal ini sebenarnya hanya akan mene-lanjangi kita, karena kebodohan kita akan terlihat > oleh para pedagang. Jika pedagang menghadapi penv beli yang tidak mengerti, mereka malah akan mengerjai atau bahkan segan melayani pembeli berkon-sultasi.

Pola Warna
Semua tanda-tanda dalam tubuh koi haruslah seimbang. Bagian putih pada mulut dan bagian ekor paling penting. Kepala yang membentuk huruf seharusnya ideal, tapi yang berbentuk unik yang sering dibutuhkan. Dua bagian yang menjadi pusat penilaian adalah bagian kepala dan bahunya dan daerah ekor. Daerah kepala dan punggung jauh lebih penting dibandingkan daerah ekor. Warna merah pada kepala harus lebar dan tegas. Garis putih pada leher sangat diharapkan sekali pada seekor Kohaku. Pada daerah ekor yang sangat diharapkan adalah warna putih yang bersih, tidak kehitam-hitaman. Pola warna yang keiihatan berat pada daerah ini sungguh tidak diharapkan. Warna merah yang buram misalnya, sangat tidak diharapkan hadir pada daerah ini.

Warna
Warna koi yang dianggap bagus adalah yang benar-benar cemerlang. Artinya Jika dalam seekor koi terdapat warna putih, maka putihnya harus benar-benar putih tanpa ada gradasi kehitam-hitaman. Demikian pula Jika pada koi terdapat warna merah, maka merahnya harus mencolok, tidak boleh kemerah-merahan. Hitam pun demikian. Inilah yang sering dipakai untuk membedakan antara koi lokal dengan harga lokalnya dibandingkan koi impor dengan harganya yang selangit. Koi lokal umumnya warnanya belum sempurna benar, lain dengan koi impor yang sudah tidak diragukan lagi.
Selain gradasi warna, bercak atau titik yang tidak "layak" tidak boleh ada. Misalnya saja pada bagian badan yang berwarna putih bersih tidak boleh ada setitik pun warna merah atau warna hitam. Masing-masing warna harus terpisah secara nyata, dan masing-masing mempunyai hidang yang berbeda. Antara warna merah, putih, hitam, dan warna lain harus terpisah dan tidak boleh bercam-pur. Bintik putih pun tidak boleh hadir pada bidang yang berwarna merah ataupun hitam. Jika kita temukan koi yang tubuhnya diselimuti selaput putih, itu merupakan pertanda bahwa koi sedang ke-dinginan.

Bentuk Badan
Bentuk badannya bisa dilihat saat koi berenang, karena bentuk badan yang sempurna akan berpengaruh langsung pada gaya berenangnya. Demikian pula Sebaliknya. Walaupun seekor koi mempunyai corak warna yang sangat indah dan montok, tapi Jika sirip-nya tidak lengkap, koi tersebut dinilai jelek. Walaupun tidak mutlak, Sebaiknya kedua sisi badannya simetris. Dan harus diingat, seekor induk betina yang sedang "mengandung" perutnya lebih buncit. Ini Jangan disalahartikan bahwa ikan koi tersebut perutnya tidak normal. Harus diingat pula, ada dua bentuk badan yang abnormal yaitu: cacat dan kurang makan. Jika seekor koi tak bersirip atau mata-nya hilang sebelah, jelas koi tersebut cacat dan Jangan sekali-kali dipilih kendati dijual murah. Namun Jika ada koi berperut buncit di salah satu sisi badannya, atau ada sebuah rongga kecil pada kepalanya, kalau kita berminat koi seperti itu boleh diambil, dengan harga miring tentu!
Secara rinci, bentuk badan yang harus diperhatikan adalah seperti berikut:
1. Garis punggung lurus dan punggung melengkung wajar
Jika kita perhatikan dari atas, garis punggung koi harus terlihat lurus dan ketika mereka bergerak meliuk punggungnya melengkung dengan wajar. Jika dilihat dari samping, maka garis sebelah atas badannya dan bawah badannya membentuk lengkung yang wajar. Artinya, sebelah atas badannya tidak boleh terlalu melengkung, tapi sebelah bawah juga Jangan sampai membentuk garis lurus. Koi yang ketika berenang membentuk lengkungan yang tajam pada badannya sendiri tidak pantas untuk dipilih.
2. Sirip tumbuh sempurna dan cantik
Sirip yang cantik dan besarnya sesuai dengan badannya, menjadikan koi tampak cantik. Yang paling penting di antara semua sirip adalah sirip dada. Sirip ini tidak boleh cacat karena penyakit atau cacat bawaan. Beberapa koi yang karena keku-rangan makan biasanya mempunyai sirip yang kerdil (kecil).Sirip ekor dan sirip punggung koi sering ditemu-kan cacat. Begitu pula halnya dengan sirip perut atau sirip anal. Usahakan memilih koi yang mempunyai bentuk sirip sempurna.
3. Kepala berbentuk sempurna
Beberapa wajah koi enak dilihat, tapi beberapa lagi tidak. Ada koi yang mempunyai hidung bersan-dar ke depan, dan sebagian lagi ada yang mancung. Bentuk hidung koi ini, kendati berbeda, keduanya dianggap kurang bagus. Yang bagus adalah koi dengan bentuk hidung yang wajar, tidak terlalu menonjol, tapi juga tidak tenggelam dalam timbun-an daging.Cacat rahang paling menentukan. Boleh jadi cacat ini disebabkan oleh penyakit gill root (akar insang) yang menyerang koi ketika masih kecil. Cacat yang disebabkannya sangat besar pengaruhnya terhadap penilaian koi. Kepala koi menjadi besar dan lebar, dan sangat tidak enak dipandang. Penyakit ini memang mempengaruhi bentuk mulut dan insang. Antara mata, mulut, dan rahang harus sama bagusnya dan membentuk suatu bangunan yang serasi dan sempurna.
4. Perbandingannya serasi
Perbandingan antara panjang, lebar, dan tinggi merupakan kunci bagus tidaknya koi. Yang dimak-sudkan di sini adalah angka paling besar antara perbandingan panjang badan dan tinggi adalah satu. Itu yang paling bagus. Namun pada umumnya angka rasio ini berkisar antara 1-2,6 hingga 1-3,0 dan biasanya angka ini sudah cukup memadai.


Obat Dan Dosis


Oxytetracyline
Oksitetrasiklin hidroklorida merupakan antibiotik yang kadang-kadang digunakan dalam pengobatan penyakit akibat infeksi bakterial sistemik pada ikan
Dosis dan Cara Pemakaian
Suntik: 10-20 mg oksitetrasiklin per kg berat badan ikan. Ulangi penyuntikan apabila diperlukan.
Oral: Diberikan melalui pakan. Dosis 60 - 75 mg per kg berat badan ikan per hari. Berikan selama 7 - 14 hari.
Perendaman: Jangka panjang (5 hari). Dosis 20 -100 ppm. Ulangi apabila diperlukan.

Metronidazol dan Di-metronidazol
Metronidazol dan di-metrinidazol adalah obat antimikroba yang dibuat dan dikembangkan untuk manusia untuk melawan bakteri-bakteri anaerob dan protozoa. Dalam dunia ikan hias, diketahui, obat ini biasa digunakan untuk mengobati hexamitiasis.
Dosis dan Cara Pemberian
Apabila dalam akuarium anda sebagian besar atau seluruhnya terdiri dan cichlid maka pengobatan dengan metronidazol dapat dilakukan pada akuarium tersebut. Kalau tidak, maka pengobatan sebaiknya dilakukan pada tempat terpisah. Seluruh cichlid dari akuraium yang terjangkit harus diperlakukan dengan obat ini secara menyeluruh. Sejauh ini tidak dilaporkan adanya efek negatif dari penggunaan obat ini terhadap kinerja filter biologi.
Metronidazol.
Dosis yang disarankan adalah 10 ppm. Obat ini biasanya berbentuk tablet dengan kadar 250 mg/tablet. Sebelum digunakan, tumbuk halus tablet tersebut dan campur dengan air. Selanjutnya, sesuai dengan takaran yang diperlukan, masukan larutan tersebut kedalam akuarium. Perlakuan ini harus diulang selang sehari, hingga sebanyak 3 ulangan. Anda dapat melakukan pergantian air sebanyak 25 % selama perlakuan, sehari sebelum perlakuan dilakukan. Apabila ikan yang terjangkit masih mau makan, disarankan agar metronidazol diberikan secara oral, yaitu dicampurkan pada pakan mereka. Dosis yang direkomendasikan adalah 1 % berat. Secara praktis hal ini dapat dilakukan dengan cara mencelupkan pakan pada larutan metronidazol sebelum diberikan atau dengan mencampurkan tepung metronidazol pada pakan mereka.
Di-metronidazol.
Dosis = 5 ppm. Diberikan seperti halnya cara pemberian metronidazol, tetapi ulangan dilakukan dengan selang 3 hari (4 hari sekali). Pada kasus berat, pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman selama 48 jam dengan dosis 0.004 %.

Metil Biru (Methylene Blue)
Metil Biru (Methylene Blue)
Metil biru merupakan pewarna thiazine yang kerap digunakan sebagai bakterisida dan fungsida pada akuarium. Di beberapa tempat penggunaan bahan ini sudah semakin tidak populer karena diketahui mempunyai pengaruh buruk terhadap filtrasi biologi dan kemampuan warnanya untuk melekat pada kulit, pakaian, dekorasi akuarium dan peralatan lainnya termasuk lem akuarium. Diduga bahan inipun dapat berakibat buruk pada tanaman.
Metil biru diketahui efektif untuk pengobatan ichthyopthirius (white spot) dan jamur. Selain itu, juga sering digunakan untuk mencegah serangan jamur pada telur ikan.
Metil biru biasanya tersedia sebagai larutan jadi di toko-toko akuarium, dengan konsenrasi 1 - 2 persen. Selain itu tersedia pula dalam bentuk serbuk.
Dosis dan Cara Pemberian
Untuk infeksi bakteri, jamur dan protozoa dosis yang dianjurkan adalah 2 ml larutan dengan konsentrasi 1 persen per 10 liter air akuarium. Perlakuann dilakukan malalui perendaman jangka panjang. Hal ini hendaknya dilakukan pada akuarium terpisah, atau akuarium karantina untuk menghindari terjadinya efek buruk pada sistem filtrasi biologi dan menempelnya warna pada dekorasi akuarium.
Sebagai profilaktik untuk mencegah serangan jamur pada telur, dosis yang dianjurkan adalah 2 mg/liter. Cara yang lebih mudah adalah dengan menambahkan metil biru pada bak pemijahan setetes demi setetes. Pada setiap tetesan biarkan larutan metil biru tersebut tersebar secara merata. Tetesan dihentikan apabila air akuarium telah berwarna kebiruan atau biru jernih (tembus pandang). Artinya isi di dalam akuarium tersebut masih dapat dilihat dengan jelas. Perlakuan ini cukup dilakukan sekali kemudian dibiarkan hingga warna terdegradasi secara alami. Dengan demikian, apabila telur menetas nanti dan burayak makan untuk pertama kali diharapkan sudah tidak akan terpengaruh oleh kehadiaran metil biru tersebut. Setelah telur menetas, penggantian air sebanyak 5 % setiap hari dapat dilakukan untuk membantu mengurangi kadar metil biru dalam air tersebut, dan juga membantu mengurangi akumulasi bahan organik dan amonium yang mungkin terbentuk dalam bak pemijahan.
Pada spesies ikan yang memiliki waktu inkubasi telur lebih dari 4 hari maka pemberian larutan metil biru dapat diberikan setiap dua hari atau tiga hari sekali.Sifat Kimia-Fisika:
Titik Didih:
100° C>
Kepadatan (H20 = 1):
1.02
Tekanan Uap (mm Hg dan Temperature):
18 @ 20° C
Laju Evaporasi ( n-butyl alcohol= 1):
1
Kepadatan Uap (udara=1):
0.6
Kelarutan dalam air:
Larut
Warna dan Bau:Biru-ungu, tidak berbau.

Klorin dan Kloramin
Klorin dan kloramin merupakan bahan kimia yang biasa digunakan sebagai pembunuh kuman (disinfektan) di perusahan-perusahan air minum seperti PAM atau PDAM. Klorin (Cl2) merupakan gas berwarna kuning kehijauan dengan bau lumayan menyengat. Bau ini bisa dikenali seperti bau air kolam renang yang biasanya secara intensif diberi perlakuan klorinasi dengan kaporit. Sedangkan kloramin merupakan senyawa klorin-amonia (NH4Cl).
Klorin relatif tidak stabil di dalam air sehingga biasanya akan segera terbebas keudara, sedangkan kloramin jauh lebih stabil dibandingkan klorin sehingga beberapa perusahan pengolah air minum (di LN) tidak sedikit yang menggunakan bahan ini sebagai pengganti klorin. Baik klorin maupun kloramin sangat beracun bagi ikan. Keduanya akan bereaksi dengan air membentuk asam hipoklorus yang diketahui dapat merusak sel-sel protein dan sisitem enzim ikan. Tingkat keracunan klorin dan kloramin secara alamiah akan meningkat pada pH lebih rendah dan temperatur lebih tinggi, karena pada kondisi demikian proporsi asam hipoklorus yang terbentuk akan meningkat.
Untuk menghindari efek kronis dari bahan tersebut maka residu klorin dalam air harus dijaga agar tidak lebih dari 0.003 ppm. Klorin pada konsentrasi 0.2 - 0.3 ppm sudah cukup untuk membunuh ikan dengan cepat.
Tanda-tanda Keracunan
Ikan yang terkena klorin akan menunjukkan gejala seperti ingin keluar dari akuarium/tank, meluncur kesana kemari dengan cepat dalam usaha mencari daerah yang bebas dari klorin atau kloramin. Selanjutnya ikan akan gemetar dan warna menjadi pucat, lesu dan lemah. Klorin dan kloramin secara langsung akan merusak insang sehingga dapat menimbulkan gejala hipoxia, meningkatkan kerja insang dan ikan tampak tersengal-sengal dipermukaan. Apabila ada aerasi atau aliran air, maka ikan-ikan tersebut akan tampak berkerumun disana.
Pencegahan dan Perlakuan
Air keran harus selalu di deklorinasi sebelum digunakan, baik secara kimiawi maupun fisika. Klorin dapat dihilangkan dengan pemberian aerasi secara intensif, atau dengan menyemburkan air keras-keras pada wadah (penampungan), atau dengan cara yang lebih sederhana yaitu dengan membiarkan (mengendapkan) air selama semalam. Dengan cara demikian maka gas klorin akan terbebas ke udara.
Cara lain adalah dengan menggunkan bahan deklorinator atau lebih dikenal dengan nama anti klorin yang biasa dijual di toko-toko akuarium. Penggunaan anti-klorin lebih dianjurkan untuk air-air yang diolah dengan kloramin. Sebelumnya pastikan bahwa anti klorin tersebut dapat bekerja baik untuk klor maupun kloramin, karena tidak semua produk anti klorin bisa menangani keduanya sekaligus. Pada umumnya anti-klorin mengandung natrium tiosulfat yang akan segera mengikat klorin.
Kloramin relatif lebih sulit diatasi oleh natrium tiosulfat saja dibandingkan dengan klorin, karena maskipun gas klorinnya dapat diikat dengan baik, tetapi akan menghasilkan amonia. Anti klorin yang ditujukan untuk mengatasi kloramin, biasanya akan mengandung bahan kimia lain yang akan mengingat amonia tersebut. Apabila tidak maka dianjurkan untuk mengalirkan air hasil deklorinasi tersebut melewati zeolit.
Anti klorin hendaknya digunakan pada air sebelum air tersebut dimasukkan kedalam akuarium. Pemberian secara langsung di dalam akuarium disarankan hanya dilakukan dalam keadaan darurat saja.
Pada kasus terjadinya keracunan klorin, segera pindahkan ikan yang terkena kedalam akuarium/wadah yang tidak terkontaminasi. Dalam keadaan terpaksa tambahkan anti-klorin pada akuarium yang terkontaminasi untuk menetralisir/manghilangkan residu klorin sesegera mungkin. Tingkatkan intensitas aerasi untuk mengatasi kemungkinan terjadinya stres pernapasan pada ikan-ikan didalamnnya.

Kalium Permanganat (PK)
Kalium permanganat (PK) merupakan oksidator kuat yang sering digunakan untuk mengobati penyakit ikan akibat ektoparasit dan infestasi bakteri terutama pada ikan-ikan dalam kolam. Meskipun demikian untuk pengobatan ikan-ikan akuarium tidak sepenuhnya dianjurkan karena diketahui banyak spesies ikan hias yang sensitif terhadap bahan kimia ini.
Bahan ini diketahui efektif mencegah flukes, tricodina, ulcer, dan infeksi jamur. Meskipun demikian, penggunaanya perlu dilakukan dengan hati-hati karena tingkat keracunannya hanya sedikit lebih tinggi saja dari tingkat terapinya. Oleh karena itu, harus dilakukan dengan dosis yang tepat. Tingkat keracunan PK secara umum akan meningkat pada lingkungan akuarium yang alkalin. Potasium permanganat tersedia sebagai serbuk maupun larutan berwarna violet.
Kalium permanganat (KMnO4) merupakan alkali kaustik yang akan tersdisosiasi dalam air membentuk ion permanganat (MnO4-) dan juga mangan oksida (MnO2) bersamaan dengan terbentuknya molekul oksigen elemental. Oleh karena itu, efek utama bahan ini adalah sebagai oksidator.
Dilaporkan bahwa permanganat merupakan bahan aktif beracun yang mampu membunuh berbagai parasit dengan merusak dinding-dinding sel mereka melalui proses oksidasi. Beberapa literatur menunjukkan bahwa mangan oksida membentuk kompleks protein pada permukaan epithelium, sehingga menyebabkan warna coklat pada ikan dan sirip, juga membentuk kompleks protein pada struktur pernapasan parasit ikan yang akhirnya menyebabkan mereka mati.
Berbagai review dalam berbagai literatur menunjukkan bahwa kalium permangat dapat membunuh Saprolegnia, Costia, Chilodinella, Ich, Trichodina, Gyrodactylus dan Dactylogyrus, Argulus, Piscicola, Lernea, Columnaris dan bakteri lainnya seperti Edwardsiella, Aeromonas, Pseudomonas, plus Algae dan Ambiphrya.
Mekipun demikian Argulus, Lernea and Piscicola diketahui hanya akan respon apabila PK digunakan dalam perendaman (dengan dosis: 10-25 ppm selama 90 menit). Begitu pula dengan Costia dan Chilodinella, dilaporkan resiten terhadap PK, kecuali apabila PK digunakan sebagai terapi perendaman.
Kalium permangat sebagai terapi perendaman bersifat sangat kaustik, hal ini dapat menyebabkan penggumpalan nekrosis (ditandai dengan memutihnya jaringan yang mati) pada sirip. Kerusakan insang juga dapat terjadi, sehingga dapat menyebabkan kematian pada ikan beberapa minggu kemudian setelah dilakukan terapi perendaman. Ikan mas koki, diketahui lebih sensitif terhadap PK sebagai terapi perendaman dibandingkan dengan spesies lainnya. Dengan alasan-alasan seperti itu, maka sering tidak direkomendasikan untuk menggunakan PK sebagai terapi perendaman, dan juga karena efek terapeutiknya tidak lebih baik dibandingakan dengan terapi terus-menerus dengan dosis 2 - 4 ppm.
Kalium permanganat sangat efektif dalam menghilangkan Flukes. Gyrodactylus dan Dactylus dapat hilang setelah 8 jam perlakuan dengan dosis 3 ppm pada suatu sistem tertutup. Penularan kembali masih dapat terjadi, oleh karena itu, direkomendasikan untuk mengulang kembali perlakuan 2-3 hari kemudian dengan dosis 2 ppm.
Beberapa khasiat lain dari Kalium permangat yang dilaporkan diantaranya adalah: sebagai disinfektan luka, dapat mengurangi aeromanoas (hingga 99%) dan bakteri gram negatif lainnya, dapat membunuh Saprolegnia yang umum dijumpai sebagai infeksi sekunder pada Ulcer, dan tentu saja sebagai oksidator yang akan mengkosidasi bahan organik.
Beberapa aplikasi lain yang biasa dilakukan oleh para hobiis dan akuakulturis adalah menggunakannya dalam proses transportasi ikan. Konsentrasi kurang dari 2 ppm diketahui dapat mengurangi resiko infeksi Columnaris dan infeksi bakteri lainnya, serta membatasi dan menghentikan parasit yang sering menyertai ikan dalam proses transportasi. Begitu juga transportasi burayak dilaporkan aman dengan perlakuan kalium permanganat dibawah 2 ppm. Meskipun demikian untuk burayak dalam kolam tidak dianjurkan untuk menggunakan perlakuan kalium permanganat. Hal ini tidak ada hubungannya dengan keracunan yang mungkin terjadi pada burayak, tetapi efeknya justru terhadap kemungkinan berkurangnya fitoplankton dan makrofit yang dapat menyebabkan burayak menderita kelaparan.
Untuk jenis Catfish, perlakuann kalium permanganat sering dianjurkan untuk dilakukan pada konsentrasi diatas 2 ppm. Meskipun demikian dosis yang aman adalah 2 ppm.
Fungsi lain dari kalium permanganat dalam akuakultur adalah sebagai antitoxin terhadap aplikasi bahan-bahan beracun. Sebagai contoh, Rotenone dan Antimycin sering digunakan sebagai bahan piscisida, yaitu bahan untuk membunuh ikan hama atau ikan lain yang tidak dikehendaki. Alih-alih menunggu bahan ini netral secara alamiah dalam waktu tertentu, kalium permanganat digunakan untuk segera menetralkan kedua bahan tersebut. Konsentrasi 2-3 ppm selama 10-20 jam diketahui cukup untuk menetralisir residu Rotenone atau Antimycin. Pendapat lain menyatakan bahwa dosis PK sebaiknya diberikan setara dengan dosis piscisida yang diberikan, sebagai contoh apabila Rotenone diberikan sebanyak 2 ppm, makan untuk menetralisirnya PK pun diberikan sebanyak 2 ppm.
Prosedur Perlakuan PK (untuk jamur, parasit, dan bakteri)
Pertama by pass filter biologi. PK dapat membunuh bakteri dalam filter biologi. Kedua pastikan bahwa aliran air dan aerasi bekerja optimal, karena pada saat molekul-molekul oragnik teroksidasi, dan algae mati maka air akan cenderung keruh dan oksigen terlarut menurun. Ketiga berikan dosis sebanyak 2-4 ppm.
Dosis 2 ppm diberikan pada ikan-ikan muda atau ikan-ikan yang tidak bersisik. Sedangkan dosis 4 ppm diberlakukan pada ikan-ikan bersisik. Selang dosis tersebut tidak akan merusak tanaman, sehingga biasa digunakan untuk mensterilkan tanaman dari hama dan penyakit, terutama dari gangguan siput dan telurnya.
Sebagai gambaran umum satu sendok teh peres (jangan dipadatkan) kurang lebih setara dengan 6 gram. Hal ini dapat dijadikan patokan untuk mendapatkan dosis yang diinginkan apabila timbangan tidak tersedia.
Perlakuan biasanya dilakukan 4 kali berturut dalam waktu 4 hari, dengan pemberian PK dilakukan setiap pagi hari. Apabila pada perlakuan ketiga atau keempat air bertahan berwarna ungu selama lebih dari 8 jam (warna tidak berubah menjadi coklat), maka hal ini dapat dijadikan pertanda untuk menghentikan perlakuan. Karena hal ini menunjukkan bahwa PK sudah tidak bereaksi lagi, atau dengan kata lain sudah tidak ada lagi bahan yang dioksidasi. Setelah perlakuan dihentikan lakukan penggantian air sebanyak 40 % untuk segera membantu pemulihan warna air.
Sifat Fisika dan KimiaTampilan: kristal berwarna unguBau:tidak berbauKelarutan: 7g dalam 100 g airBerat jenis: 7pH: tidak ada informasiVolatilasi (21°C): 0Titik didih: N/ATitik Cair: 240°CTekanan Uap: Tidak ada informasiLaju Penguapan: Tidak ada informasi
Peringatan:Jangan sampai kontak dengan pakaian dan bahan lain yang mudah terbakar. Simapan dalam tempat tertutup rapat. Jangan simpan didekat benda mudah terbakar.Cuci segera pakaian yang terkena. Jangan terkena mata atau kulit. Jangan hirup debu PK. Cuci tangan setelah menggunakan.
Pertolongan Pertama:Apabila terkena mata atau kulit. Segera siram mata dan kulit dengan air yang banyak selama 15 menit. Apabila terhirup segera pindahkan korban ke udara bersih; apabila tidak dapat bernapas beri pernapasan buatan; apabila kesulitan bernapas beri oksigen. Apabila tertelan: Jangan rangsang agar muntah, minum air yang banyak. Segera kontak dokter.

Hidrogen Peroksida
Larutan jernih ini sepintas mirip air, dengan rumus kimia yang nyaris serupa H2O2. Meskipun demikian jangan coba-coba untuk mengkonsumsinya. Bahan ini merupakan oksidator kuat. Hidrogen peroksida akan terurai menjadi dua produk yang aman yaitu, air dan oksigen. Bahan ini kerap digunakan dalam dunia kesehatan sebagai disinfektan (pembunuh kuman) karena tidak meninggalkan residu yang berbahaya. Bahan inipun digunakan pula sebagai antiseptik pada akuarium.
Hidrogen peroksida bisa pula digunakan sebagai catu oksigen dalam akuarium untuk mengatasi kondisi kekurangan oksigen yang terjadi. Sebuah produk peralatan akuarium malah membuat catu oksigen dengan bahan baku hidrogen perosidan ini dengan sangat baik, sehingga oksigen dapat disuplai tanpa menggunakan listrik.
Beberapa penggunaan hidrogen peroksida dalam akuarium:
Sebagai anti protozoa:
Diberikan sebagai perlakuan perendaman dalam jangka pendek. Dosisi yang digunakan adalah 10 ml larutan dengan konsenrasi 3 % (teknis) dalam 1 liter air. Perendaman dilakukan selama maksimum 5-10 menit. Perendaman harus dihentikan apabila ikan menunjukkan gejala stress.
Untuk memulihkan kondisi kekurangan oksigen:
Dosis yang digunakan 1-2 ml larutan dengan konsentrasi 3% dalam 10 liter air akuarium. Dosis harus dijaga agar jangan sampai kelebihan. Kelebihan dosis akan membuat ikan menjadi stress dan bisa membahayakan kehidupan ikan yang bersangkutan.
Sebelum diberikan dianjurkan untuk mengencerkan terlebih dahulu hidrogen perioksida tersebut, setidaknya dengan perbandingan 1: 10 (satu bagian bahan dengan 10 bagidan air). Setelah itu baru dimasukan kedalam akuarium. Pastikan pula bahwa larutan ini dapat segera tercampur dengan baik segera setelah dimasukan kedalam akuarium.
Perlu diperhatikan perlakuan ini hanya dianjurkan pada kondisi darurat saja. Oleh karena itu, apabila kondisi kekurangan oksigen terjadi, perlu dicari penyebab sebenarnya agar dapat diatasi dengan lebih baik.

Garam Inggris/Epsom salts (MgSO4.7H20)
Garam inggris biasa digunakan untuk meningkatkan kadar mineral dalam air, dan sering efektif dalam mengobati sembelit (tidak bisa buang kotoran) pada ikan.Dosis dan Cara Pemberian
Sebagai pencahar (pencuci perut), larutkan 1 sendok teh peres (2.5 g) garam inggris dalam 18 liter air. Terlebih dahulu larutkan garam inggris tersebut dalam sedikit air akuarium pada wadah tertentu, selanjutnya masukan kedalam akuarium yang telah berisi air dengan takaran yang sesuai.
Peningkatan sedikit temperatur air (dalam selang toleransi ikan yang bersangkutan) dapat membantu meningkatkan laju metabolisme ikan tersebut sehingga diharapkan akan dapat mempercepat pemulihan dari gejala sembelit

Formalin (HCHO dan CH3OH dalam air)
Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 37-40% dari formaldehid. Bahan ini biasanya digunakan sebagai antiseptic, germisida, dan pengawet. Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir. Meskipun demikian, bahan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang batas amannya sangat rendah, sehinggga terkadang ikan yang diobati malah mati akibat formalin daripada akibat penyakitnya.
Formalin, meskipun masih dipakai secara luas dalam akurkulutur dan lingkungan kolam tertentu, pada saat ini sudah jarang digunakan dalam akuarium. Saat ini, formalin lebih banyak digunakan dalam pengawetan specimen ikan untuk keperluan identifikasi. (Ikan yang akan diawetkan harus melalui proses euthanasia yang hewani terlebih dahulu, kecuali apabila ikan tersebut telah mati sebelumnya). Untuk pengawetan biasanya digunakan formalin dengan konsentrasi 10%.
Penggunaan
Untuk penggunaan jangka panjang (beberapa hari) atau jangka pendek (10 - 30 menit). Formalin dapat mengganggu filter biologi, oleh karena itu, perlakuan sebaiknya dilakukan di akuarium khusus. Keuntungan dengan perlakuan terpisah ini adalah apabila ikan mengalami stres pada saat diperlakukan, ikan tersebut dapat segera dikembalikan pada akuarium utama.
Dosis
Dosis penggunaan formalin bervariasi tergantung pada spesies ikannya. Setiap spesies akan memiliki toleransi berbeda terhadap formalin. Dengan demikian dosis yang dicantumkan pada artikel ini bukan merupakan jaminan, tetapi merupakan kriteria rata-rata. Yang perlu diperhatikan adalah: penggunaan formalin dalam perlakuan jangka pendek harus diawasi dengan ketat. Dan perlakuan harus segera dihentikan apabila ikan mulai menunjukkan gejala stres seperti nafas tersengal-sengal (megap-megap) atau meloncat (ingin keluar dari akuarium)
Untuk perlakuan jangka panjang, seperti untuk pengobatan akibat infestasi ektoparasit kecil penyebab kulit berlendir adalah 0.15 -0.25 ml produk komersial (37-40%) per 10 liter air. Setelah 2 - 3 hari, kembalikan ikan pada akuarium semula. Apabila perlakuan dilakukan pada akuarium utama (jangan lupa by pass filter biologi), maka lakukan penggantian air sebanyak 30%.
Untuk perlakuan jangka pendek, seperti untuk pengobatan akibat infestasi ektoparasi besar penyebab fluke, dosisnya adalah 2 ml produk komersial per 10 liter air. Siapkan campuran terlebih dahulu sebelum ikan dimasukkan. lakukan perendaman selama maksimal 30 menit, atau bahkan kurang apabila ikan segera menunjukkan gejala stres.
Peringatan
Formalin sangat berbahaya apabila terkena kulit atau mata. Apabila hal ini terjadi segeralah cuci dengan air yang banyak. Bahan ini juga dapat menghasilkan uap beracun, oleh karena itu jangan biarkan botol formalin terbuka di ruang tertutup. Simpan formalin dalam botol berwarna gelap dan hindarkan dari cahaya, kalau tidak maka akan dapat terbentuk paraformaldehid (berupa endapan putih) yang sangat beracun bagi ikan, bahkan dalam konsentrasi yang sangat rendah. Selain itu, formalin dapat bersifat ekspolif.Sifat Fisika dan KimiaTampilan: cairan jernih (tidak berwarna)Bau:berbau menusuk, kerasKelarutan: sangat larutBerat jenis: 1.08pH: 2.8Volatilasi (21°C):100Titik didih:96°CTitik Cair:-15°CKepadatan Uap (udara=1):1.04Tekanan Uap: 1.3@ pada 20°CLaju Penguapan: Tidak ada informasiIdentifikasi Bahaya
Sangat berbahaya! Dapat menyebabkan kanker. Resiko kanker tergantung pada tingkat dan lama kontak. Uap berbahaya. Berbahaya apabila terhirup atau terserap kulit. Menyebabkan iritasi terhadap kulit, mata dan saluran pernafasan. Dapat berakibat fatal atau menyebabkan kebutaan apabila tertelan.Mudah terbakar.
Tingkat BahayaKesehatan= 3 (tinggi) Terbakar= 2 (sedang) Reaktifitas= 2 (sedang)Kontak= 3 (tinggi)-korosifPertolongan Pertama
Terhisap: Pindahkan korban pada udara bersih. Apabila tidak bernafas, beri nafas buatan, apabila kesulitan bernafas beri oksigen, panggil dokter.
Tertelan: Apabila korban sadar usahakan untuk mengencerkan, menonaktifkan dan menyerap bahan dengan memberi susu, arang aktif, atau air. Setiap bahan organik akan dapat menonaktifkan formalin. Jaga tubuh korban agar tetap hangat dan rileks. Apabila muntah, jaga agar kepala lebih rendah dari pinggul.
Kontak Kulit: Segera cuci dengan air yang banyak selama paling tidak 15 menit, sambil melepas pakaian yang terkena. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.
Kontak Mata: Segera cuci dengan air yang banyak selama paling tidak 15 menit Segera hubungi dokter.

Euthanasia
Dalam memelihara ikan hias, ada kalanya kita dihadapkan pada suatu pilihan yang sulit, khususnya pada saat ikan kesayangan tersebut menderita suatu penyakit atau mengalami luka-luka yang parah. Keputusan untuk menentukan apakah harus mencoba mengakhiri penderitaan ikan tersebut (Euthanasia) atau mencoba menyembuhkannya merupakan hal yang sangat sulit, apalagi bila selama ini sudah terjalin keakraban antara pemilik dan ikan kesayangannya. Jika tindakan euthannasia diperlukan berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan..
Cara Euthanasia yang Dianjurkan
Perlu diingat bahwa ikan mempunyai rasa sakit dan stress, oleh karena itu, euthanasia perlu dilakukan secara manusiawi. Beberapa cara yang biasa dilakukan adalah:
Konkusi : Pada cara ini tubuh ikan dibungkus dengan kain tetapi kepalanya dibiarkan terbuka. Kemudian kepala ikan tersebut dipukulkan pada benda keras, sekeras mungkin. Bisa juga dilakukan dengan cara memukul kepala ikan tersebut dengan benda keras. Pastikan bahwa otak ikan tersebut telah rusak, kalau tidak, terdapat kemungkinkan ikan akan sadar kembali. Untuk memastikannya anda bisa gunakan gunting atau pisau untuk merusakkan otaknya.
Dekapitasi: Untuk ikan-ikan berukuran kecil, kepala ikan dapat dipisahkan dengan cepat menggunakan pisau atau gunting yang sangat tajam. Selanjutnya otak ikan tersebut segera dihancurkan. Ikan masih dapat tersadar selama beberapa saat setelah kepalanya terpisah, oleh karena itu, tindakan penghancuran otak ini diperlukan.
Pembiuasan overdosis: Cara ini termasuk sesuai untuk berbagai jenis ukuran ikan. Selain itu juga sesuai untuk melakukan Euthanasia bersama-sama pada ikan yang mengalami sakit secara masal. Caranya adalah dengan merendam ikan pada larutan obat bius ikan pada konsentrasi berlebih dan dalam waktu relatif lama.
Cara Euthanasia yang Tidak Dianjurkan:
Memasukan ikan kedalam lobang WC hidup-hidup dan menggelontornya dengan air
Mengeluarkan ikan dari dalam air, kemudian membiarkannya sampai mati.
Memasukkan ikan pada air mendidih.
Memasukkan ikan pada ari dingin (es)
Mendinginkan ikan secara perlahan-lahan
Mematahkan leher ikan tanpa diikuti dengan pengrusakan otak
Setelah melakukan Euthanasia, kuburlah ikan tersebut di tempat yang aman, agar tidak menimbulkan penularan yang tidak diperlukan. Jangan berikan ikan sakit tersebut sebagai pakan pada ikan lainya untuk menghindari penularan dan penyebaran penyakit pada ikan lainnya. Apabila akan diberikan sebagai pakan pada binatang lain, pastikan jenis penyakitnya tidak akan menulari binatang lain tersebut.

Membuat Kolam Koi

Membuat Kolam Koi
Berbeda dengan koiam untuk membudidayakan ikan konsumsi, kolam koi di taman, tidak perlu di-ukur elevasinya. Kolam koi bisa dibuat seluruhnya di bawah permukaan tanah, di atas permukaan ta-nah, atau kombinasi. Tidak seperti kolam ikan konsumsi yang harus kombinasi. Ada kalanya kita perlu membuat kolam koi yang seluruhnya berada di atas tanah, karena lokasinya di samping rumah yang biasa untuk lalu-lalang orang. Kolam seperti ini tentu akan cepat kotor Jika seluruhnya di bawah permukaan tanah, maka kita ambil bentuk yang me-nonjol. Suatu saat mungkin orang ingin membangun kolam yang cukup luas pada areal taman yang sudah jadi, maka akan kelihatan kurang menarik apabila kolam ini terlalu menonjol sehingga menutupi kein-dahan bagian taman yang lain. Dalam hal ini kolam yang seluruhnya berada di bawah permukaan tanah lebih disukai. Dan tidak jarang mereka menghendaki kolam yang lebih dalam di sudut pekarangan (tamannya), sehingga mereka memendam sebagian kolamnya di dalam tanah dan sebagian lagi menonjol ke permukaan tanah. Berbagai pilihan memang harus ditentukan setelah melihat situasi dan kondisi secara keseluruhannya.
Setelah menentukan bentuk yang dikehendaki, kolam bisa dirancang di atas tanah dengan tali plas-tik atau slang air agar bentukan jadinya mudah kelihatan. Kemudian tanah bisa mulai digali dengan cangkul. Jika menginginkan kolam dengan dua keda-laman, bagian luar dangkal sebelah tengah lebih dalam, hendaknya direncanakan sejak awal hingga tidak merepotkan yang mengerjakan kolam. Kolam dengan dua kedalaman sangat berguna bagi koi, terutama untuk persembunyian mereka dari panas yang terlalu terik.
Bahan baku pembuat kolam hendaknya di-gunakan batu bata. Dengan bentuknya yang kecil batu bata bisa dibuat sangat fleksibel sesuai keingin-an kita. Berbeda dengan batako yang berukuran besar yang menyulitkan kita Jika menginginkan bentuk berlekuk-lekuk. Pada dasar kolam bisa dipasang bata atau dicor. Namun, sebelum itu semua hendaknya sedari awal ditentukan di mana letak pintu pembuangan dan pemasukan air. Pintu pembuangan bagi kolam yang dibangun seluruhnya di dalam tanah, memang tidak mungkin dibuat. Untuk seluruh kolam harus dipikirkan sirkulasi airnya. Artinya Jika kita menghendaki kolam berair terjun atau ber-air mancur sudah harus dipikirkan di mana letak pompa, filter air, dan bagian yang bakal dibuat ter-juannya. Oleh karenanya, sekali lagi sangat penting bagi kita untuk menuangkan angan-angan dan ke-inginan kita ke dalam gambar yang rinci. Jangan sampai kita masih harus membongkar pasang ketika bangunan sudah selesai. Ketika bangunan sudah rapi dan kita lupa membuat sebuah lubang maka tentu akan menambah pekerjaan, karena kita juga harus membuat saluran yang berhubungan dengan lubang itu.
Permukaan kolam hendaknya Jangan dibuat licin seperti kita membuat rumah, karena akan menyulitkan lumut tumbuh. Dengan melapisi semen (mengaci) agak kasar, kita berharap justru kolam akan menjadi licin dan nyaman bagi ikan karena adanya lapisan lumut yang ada di permukaannya. Pengerjaan bagian atas kolam tidak selalu harus di-selesaikan dengan bata juga, tapi bisa dipakai batu-batuan yang mempunyai bentuk artistik dan (Jika mungkin) antik. Karena kolam tidak mungkin hadir sendirian dalam taman, sediakan juga ruangan untuk tempat menanam tanaman. Di latar belakang kolam lebih cocok untuk tanaman karena tidak menghalangi pandangan.
Bentuk Kolam

Bentuk kolam untuk koi memang bisa dibuat macam-macam asal tetap disesuaikan dengan luas tanah yang tersedia. Pada prinsipnya ada dua corak/ tipe kolam koi yang umum yaitu formal (resmi) dan non formal (tidak resmi). Tipe kolam yang terakhir biasanya bentuknya lebih fleksibel dibandingkan bentuk yang pertama yang rata-rata serba simetris, geometris, misalnya bundar, persegi panjang, atau bujur sangkar. Bentuk kolam resmi ini biasanya akan terasa terpisah dengan lingkungan sekitarnya, karena memberikan kesan yang serba "teratur" dan "disiplin". Padahal maksud kita membuat kolam adalah untuk membantu kita melepaskan ketegang-an dan memberi hiburan pada kita. Jika toh yang kita temukan kesan formal, yang serba teratur tentu ibarat lolos dari mulut macan jatuh ke mulut buaya, Berbeda dengan kesan yang ditimbulkan oleh kolam formal, pada kolam non formal kita akan menemu-kan kesan tenang, menyatu dengan sekitar kita, dan menyejukkan. Kalau toh dibangun dekat rumah, kolam terasa bukan merupakan bagian lain dari rumah, yang jelas bentuknya mendekati formal (serba geometris dan simetris), tapi merupakan peleng-kap, kalau tidak boleh disebut hiasan, untuk meng-hilangkan kesan kaku dan baku pada bentuk rumah. Bentuk formal bukannya tidak perlu pada kolam taman. Kolam formal mempunyai kelebihan, yaitu mudah dikerjakan dan lebih kuat. Berbeda dengan kolam non formal yang bentuknya tidak baku, sering kita memberi adonan yang tidak sama rata untuk setiap bagian kolam. Oleh karena itu ba-nyak yang kemudian menggabungkan kedua bentuk itu. Artinya pada bagian dalam kolam dibentuk sedikit formal (agak lonjong atau agak persegi panjang) kemudian pada bagian luarnya (atasnya) diberi beberapa penekanan sesuai dengan selera kita. Kalau toh mereka ingin memilih bentuk formal, berhu-bung tanah yang tersedia memang mengharuskan mereka untuk memilih itu, kesan formal bisa dihi-langkan dengan membuat kolam dalam bentuk formal tidak lengkap. Sebagai misal tanah yang tersedia di pojok rumah seluas 4 meter persegi (bentuk bujur sangkar tanahnya) mereka bisa membuat kolam 3/4 lingkaran atau 1/2 lingkaran.
Kolam taman, baik yang resmi maupun yang tidak resmi, bisa tampil dalam berbagai wajah. Anta-ra yang satu dengan lainnya memang tidak diharam-kan untuk digabung, dan tidak pula mengecewakan bila tampil secara pribadi. Aneka bentuk kolam koi yang bisa dipilih.
Kolam berbentuk bundar. Kombinasi kolam di atas permukaan tanah dan di bawah tanah.
Kolam simetris di atas permukaan tanah.
Kolam setengah bundar. Dibawah permukaan tanah (atas) dan di atas permukaan tanah (bawah).
Kolam taman bisa tampil dengan tiga rupa, yaitu kolam taman apa adanya tanpa diiringi irama geme-ricik air, kolam taman dengan iringan musik air yang ditimbulkan air mancur di tengah kolam, dan yang terakhir kolam taman dengan iringan kecipak dan sejuknya air terjun. Bagi mereka yang menyukai ke-tenangan tentu kolam yang tenang tanpa kecipak air yang dikehendaki, sedangkan yang suka akan suasa-na alam dan menginginkan suasana alami kolam tipe terakhir yang dilengkapi air terjun yang lebih di-sukai. Berbeda dengan mereka yang mempunyai bibit-bibit aristrokasi dalam dirinya, tentu lebih menyukai kolam dengan air mancur di tengahnya.
Ketiga rupa kolam taman tersebut bukanlah harga mati yang tidak bisa dikutak-katik lagi. Dengan kata lain, bukan tidak mungkin kita memilih bentuk kolam lain yang tak kalah eksotiknya. Misalnya saja kolam dengan aliran air pada salah satu sisi-nya yang mengesankan koi berada di dalam ling-kungan perairan yang mengalir. Bisa juga aliran air ini ada di bagian tengah kolam, yang mengesankan koi berada dalam perairan yang menggelegak, me-j nakjubkan.
Variasi penampilan kolam memang bisa seribu muka. Seperti misalnya kita memilih air terjun lang-sung tanpa melewati tebing buatan yang mengesankan suasana perbukitan atau pegunungan. Dan untuk menutupi kekakuan ini. kita pasang kincirair yang bisa mengalunkan musik ketika berputar tertimpa aliran air ini. Yang harus kita ingat bahwa pilihan kita itu harus tetap kembali pada kondisi kolam itu sendiri, berapa besar dan di mana letak-nya. Kita tidak mungkin membuat pancuran air atau air mancur pada kolam kecil yang terletak di depan jendela kita. Kolam kecil di depan jendela atau di serambi hanya cocok tanpa perlengkapan rnacam-macam. Tiupan angin pada air yang memancar ke atas bisa bikin repot. Bila lokasi memungkinkan, kita bisa memvariasi bentuk dengan membuat kolam besar dan kecil. Kolam kecil untuk keluarnya air hingga luber ke arah kolam besar yang berisi ikan, yang sudah pasti akan mengingatkan kita pada suasana mata air (belik) di pinggir-pinggir sungai di Jawa.



Lokasi
Saat memilih lokasi kolam koi, kita dihadapkan berbagai pertimbangan. Dari segi teknis diharapkan lokasi kolam nantinya tidak bakal tergusur oleh ba-ngunan Jika kita ingin mengembangkan rumah. Ini mengisyaratkan bagi kita, Jika kita masih ingin mem-perlebar tempat tinggal kita, kolam koi tidak boleh dibangun di dekat rumah. Jika rencana pengembang-an sudah tercetak di dalam blue print (cetak biru) kita bisa lebih leluasa menentukan letaknya. Sebaliknya Jika kita sudah merasa pas dengan rumah yang ada, kolam koi bisa dibuat menempel rumah, di teras depan, serambi kanan atau kiri, bahkan di halaman belakang. Malahan ada beberapa orang yang membangun kolam koi menembus sebagian tembok rumahnya, dan koi yang berkecipak ke sana ke mari akan jelas kelihatan dari lantai kamar yang terbuat dari kaca tebal.
Jika kita memilih membangun kolam dekat rumah, atau di depan jendela kamar, kita harus siap-siap dengan risikonya. Risiko ini tidak lain adalah kelembapan yang bakal ditimbulkan oleh kolam koi ini. Oleh karena itu sangat dianjurkan membuat kolam koi setidaknya berjarak 4 meter dari rumah. Hal tersebut tentu tidak memungkinkan bagi yang memiliki sepetak rumah bertipe 27/66 m2. Bagi mereka yang rejekinya pas-pasan ini (sampai rumah pun luasnya pas-pasan), bisa menempuh risiko tersebut, dengan pertimbangan kolam yang dibuat kecil saja, sehingga kelembapan yang bakal ditimbul-kannya pun tidak seberapa banyak. Berbeda tentu-nya dengan mereka yang menginginkan kolam yang luas, tentu risiko kelembapannya pun akan lebih besar.
Selain itu lokasi yang dipilih hendaknya bebas dari naungan pohon-pohonan. Bagi yang memiliki pekarangan luas, pilihlah lokasi yang tidak berada di bawah pohon yang besar. Daun-daunan yang gugur selain akan mengotori kolam yang tidak enak dilihat, juga akan menurunkan pH air kolam, sehingga koi menjadi tidak sehat. Jika tidak ada lahan lagi yang terbebas dari tanaman, maka kita harus menentukan pilihan, lebih sayang kepada pohon atau tetap akan melaksanakan keinginan kita mempunyai kolam koi.
Sebenarnya pohon tidak perlu dibabat habis, kurangi cabang dan dahan di atas lokasi kolam koi. Naungan dari kerindangan pohon tetap dibutuhkan kolam koi untuk mencegah sengatan matahari agar kolam tidak lekas berlumut. Jika bisa, usahakan lokasi terletak di sebelah timur rumah agar hanya sinar matahari saja yang menerpa di atas kolam, tidak matahari siang yang terik.
Bagi mereka yang pekarangannya hanya beberapa meter persegi, dan itu pun sudah kedahuluan pohon belimbing atau jambu air, memang tidak ada pilihan lain kecuali mencabut pohon tersebut.



Kolam Untuk Koi
Ikan koi memang ikan pajangan di kolam taman. Jika koki mungkin merajai akuarium, maka koi mungkin raja ikan hias dalam kolam taman. Ibarat pohon raksasa, koi memang lebih pantas me-nempati kolam taman yang luas dibandingkan kerabatnya koki yang bagaikan pohon bonsai lebih pantas dalam akuarium. Tentang hal ini seorang pengusaha ikan koi di daerah Jawa Barat pernah ber-komentar; Jika koi ditempatkan dalam akuarium maka yang bisa dinikmati hanyalah tubuh bagian samping saja, sedangkan kecantikan koi yang justru lebih banyak di bagian atas tubuhnya malah tidak tampak. Dengan menempatkan mereka dalam kolam taman, kita leluasa menikmati keelokan tubuhnya bukan saja bagian atas tapi juga keseluruhan tubuhnya.
Untuk bisa menikmati koi dalam kolam taman, harus kita siapkan kolam yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan koi. Artinya, kolam yang mesti kita sediakan selain memenuhi syarat teknis, juga secara estetis bisa dinikmati.Semula orang menyangka sulit mempunyai kolam koi, karena dalam pikirannya terbayang ke-butuhan lahan yang hams cukup luas. Untuk kolam koi memang secara teknis menghendaki lahan yang luas, tapi Jika lahan tersebut tidak mungkin diusaha-kan, tentu saja masih tersedia kesempatan bagi kita yang lain untuk memenuhi keinginan kita memiliki kolam koi.
Dalam kehidupan keluarga modern kebutuhan rekreasi ditempatkan sejajar dengan kebutuhan lain-nya seperti sandang, pangan dan papan. Kolam untuk koi tidak jarang menjadi bagian dalam deko-rasi sebuah taman yang rekreatif. Artinya bahwa kolam untuk koi tidak sekedar hadir untuk tempat tinggal koi, tanpa memanjakan mata yang melihat-nya, tapi kehadiran kolam koi dalam sebuah taman harus menyatu dengan taman itu secara keseluruh-an. Dengan demikian, tembok yang membatasi air bukan menjadi pembatas dengan lingkungannya yang merupakan tanaman, melainkan justru menjadi pengikat antara kedua media yang hadir dalam taman tersebut. Berdasarkan patokan tersebut, ben-tuk kolam taman untuk koi nantinya tidak kaku dan formal, melainkan elastis dan dapat lebur dengan lingkungan kolam secara keseluruhan.

Kolam Koi


Membuat Kolam Koi

Berbeda dengan koiam untuk membudidayakan ikan konsumsi, kolam koi di taman, tidak perlu di-ukur elevasinya. Kolam koi bisa dibuat seluruhnya di bawah permukaan tanah, di atas permukaan ta-nah, atau kombinasi. Tidak seperti kolam ikan konsumsi yang harus kombinasi. Ada kalanya kita perlu membuat kolam koi yang seluruhnya berada di atas tanah, karena lokasinya di samping rumah yang biasa untuk lalu-lalang orang. Kolam seperti ini tentu akan cepat kotor Jika seluruhnya di bawah permukaan tanah, maka kita ambil bentuk yang me-nonjol. Suatu saat mungkin orang ingin membangun kolam yang cukup luas pada areal taman yang sudah jadi, maka akan kelihatan kurang menarik apabila kolam ini terlalu menonjol sehingga menutupi kein-dahan bagian taman yang lain. Dalam hal ini kolam yang seluruhnya berada di bawah permukaan tanah lebih disukai. Dan tidak jarang mereka menghendaki kolam yang lebih dalam di sudut pekarangan (tamannya), sehingga mereka memendam sebagian kolamnya di dalam tanah dan sebagian lagi menonjol ke permukaan tanah. Berbagai pilihan memang harus ditentukan setelah melihat situasi dan kondisi secara keseluruhannya.
Setelah menentukan bentuk yang dikehendaki, kolam bisa dirancang di atas tanah dengan tali plas-tik atau slang air agar bentukan jadinya mudah kelihatan. Kemudian tanah bisa mulai digali dengan cangkul. Jika menginginkan kolam dengan dua keda-laman, bagian luar dangkal sebelah tengah lebih dalam, hendaknya direncanakan sejak awal hingga tidak merepotkan yang mengerjakan kolam. Kolam dengan dua kedalaman sangat berguna bagi koi, terutama untuk persembunyian mereka dari panas yang terlalu terik.
Bahan baku pembuat kolam hendaknya di-gunakan batu bata. Dengan bentuknya yang kecil batu bata bisa dibuat sangat fleksibel sesuai keingin-an kita. Berbeda dengan batako yang berukuran besar yang menyulitkan kita Jika menginginkan bentuk berlekuk-lekuk. Pada dasar kolam bisa dipasang bata atau dicor. Namun, sebelum itu semua hendaknya sedari awal ditentukan di mana letak pintu pembuangan dan pemasukan air. Pintu pembuangan bagi kolam yang dibangun seluruhnya di dalam tanah, memang tidak mungkin dibuat. Untuk seluruh kolam harus dipikirkan sirkulasi airnya. Artinya Jika kita menghendaki kolam berair terjun atau ber-air mancur sudah harus dipikirkan di mana letak pompa, filter air, dan bagian yang bakal dibuat ter-juannya. Oleh karenanya, sekali lagi sangat penting bagi kita untuk menuangkan angan-angan dan ke-inginan kita ke dalam gambar yang rinci. Jangan sampai kita masih harus membongkar pasang ketika bangunan sudah selesai. Ketika bangunan sudah rapi dan kita lupa membuat sebuah lubang maka tentu akan menambah pekerjaan, karena kita juga harus membuat saluran yang berhubungan dengan lubang itu.
Permukaan kolam hendaknya Jangan dibuat licin seperti kita membuat rumah, karena akan menyulitkan lumut tumbuh. Dengan melapisi semen (mengaci) agak kasar, kita berharap justru kolam akan menjadi licin dan nyaman bagi ikan karena adanya lapisan lumut yang ada di permukaannya. Pengerjaan bagian atas kolam tidak selalu harus di-selesaikan dengan bata juga, tapi bisa dipakai batu-batuan yang mempunyai bentuk artistik dan (Jika mungkin) antik. Karena kolam tidak mungkin hadir sendirian dalam taman, sediakan juga ruangan untuk tempat menanam tanaman. Di latar belakang kolam lebih cocok untuk tanaman karena tidak menghalangi pandangan.

Kolam Untuk Koi

Ikan koi memang ikan pajangan di kolam taman. Jika koki mungkin merajai akuarium, maka koi mungkin raja ikan hias dalam kolam taman. Ibarat pohon raksasa, koi memang lebih pantas me-nempati kolam taman yang luas dibandingkan kerabatnya koki yang bagaikan pohon bonsai lebih pantas dalam akuarium. Tentang hal ini seorang pengusaha ikan koi di daerah Jawa Barat pernah ber-komentar; Jika koi ditempatkan dalam akuarium maka yang bisa dinikmati hanyalah tubuh bagian samping saja, sedangkan kecantikan koi yang justru lebih banyak di bagian atas tubuhnya malah tidak tampak. Dengan menempatkan mereka dalam kolam taman, kita leluasa menikmati keelokan tubuhnya bukan saja bagian atas tapi juga keseluruhan tubuhnya.
Untuk bisa menikmati koi dalam kolam taman, harus kita siapkan kolam yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan koi. Artinya, kolam yang mesti kita sediakan selain memenuhi syarat teknis, juga secara estetis bisa dinikmati.Semula orang menyangka sulit mempunyai kolam koi, karena dalam pikirannya terbayang ke-butuhan lahan yang hams cukup luas. Untuk kolam koi memang secara teknis menghendaki lahan yang luas, tapi Jika lahan tersebut tidak mungkin diusaha-kan, tentu saja masih tersedia kesempatan bagi kita yang lain untuk memenuhi keinginan kita memiliki kolam koi.
Dalam kehidupan keluarga modern kebutuhan rekreasi ditempatkan sejajar dengan kebutuhan lain-nya seperti sandang, pangan dan papan. Kolam untuk koi tidak jarang menjadi bagian dalam deko-rasi sebuah taman yang rekreatif. Artinya bahwa kolam untuk koi tidak sekedar hadir untuk tempat tinggal koi, tanpa memanjakan mata yang melihat-nya, tapi kehadiran kolam koi dalam sebuah taman harus menyatu dengan taman itu secara keseluruh-an. Dengan demikian, tembok yang membatasi air bukan menjadi pembatas dengan lingkungannya yang merupakan tanaman, melainkan justru menjadi pengikat antara kedua media yang hadir dalam taman tersebut. Berdasarkan patokan tersebut, ben-tuk kolam taman untuk koi nantinya tidak kaku dan formal, melainkan elastis dan dapat lebur dengan lingkungan kolam secara keseluruhan.

HOW TO HANDLE THE NEW COMER KOI

HOW TO HANDLE THE NEW COMER KOI RAHASIA PEMELIHARAAN KOI BARU. Ada koi pendatang baru di kolam anda ? Hati hati terhadap koi baru. Terlepas dari kolam mana asal koi baru, anda harus berhati-hati memperlakukannya. Jangan sekali kali menganggap remeh koi yang baru datang, bila anda tidak ingin mendapat masalah serius nantinya. Mungkin banyak diantara anda yang sudah terbiasa tidak melakukan karantina, alias koi baru langsung masuk kolam, dan koinya sehat-sehat saja. Mungkin karena telah yakin bahwa filter kolamnya telah berfungsi dengan baik. Tetapi bila anda ceroboh, bisa menimbulkan tingkat kematian yang tinggi bagi koi baru anda, atau bahkan terhadap koi koi lainnya . Bila ingin aman, tidak ada salahnya anda lakukan karantina terhadap koi baru anda. Karantina koi baru. Koi yang baru datang, sedang dalam kondisi stress berat, apalagi koi baru saja mengalami perjalanan jauh dan lama. Sepanjang pengalaman penulis, koi baru yang langsung dikarantina sebelum masuk kolam, selanjutnya akan sehat dan aman, baik bagi koi baru itu sendiri maupun bagi koi yang telah lama eksist. Sebaliknya koi baru yang langsung masuk kolam tanpa melalui proses karantina, berpotensi menimbulkan masalah bagi koi dan kolam anda. Memang dengan proses karantina perlu waktu, biaya dan kesabaran. Tetapi hasilnya akan sangat memuaskan. Koi baru anda tetap sehat dan koi lama aman-aman saja. Apalagi bila koi anda bermutu tinggi, langka dan mahal harganya. Mengapa perlu karantina ? Koi anda stress didalam kantong plastik meski beroksigen sekalipun. Koi sangat sensitip terhadap ruang gerak dan kadar oksigen dalam air. Maksudnya bila koi ada didalam kantong, tentu tidak bisa bergerak bebas dan dengan pasokan oksigen yang terbatas, hal ini menimbulkan ketidaknyamanan baginya. Memang transportasi koi yang umum dipakai adalah dengan menggunakan kantong beroksigen. Bahkan koi yang diimport dari luar negeripun dengan cara yang sama. Oleh karena itu masalah metode transportasi kita abaikan saja. Bila koi stress, maka daya tahan tubuhnya akan melemah, sama juga seperti manusia. Sebaliknya bila dalam kondisi fit, koi punya daya tahan terhadap serangan penyakit dan infeksi. Berdasarkan hal tsb. maka koi yang stress, musti dikondisikan terlebih dahulu, agar minimal mengurangi stressnya dahulu sebelum masuk kolam. Menyingkat waktu transportasi koi.Mengingat koi dalam kantong beroksigen dalam kondisi stress, maka sebisa mungkin, jangan terlalu lama membiarkan koi didalam kantong. Begitu sampai, segera lakukan tindakan untuk melepas koi.Melepas koi dari dalam kantong.Seperti kita ketahui baik dari nasihat lisan maupun informasi tertulis lainnya, melepas koi dari kantong perlu beberapa langkah antara lain, meletakkan koi masih dalam ikatan kantong diatas air kolam dan membiarkannya beberapa saat (lebih kurang 15-30 menit). Maksudnya untuk menyamakan suhu air didalam kantong dengan dikolam. Setelah itu buka kantong, dan rasakan suhu air didalam kantong dengan tangan, bila dirasa suhunya sama maka tambahankan air kolam ke dalam kantong hingga penuh dan biarkan koi keluar dengan sendirinya. Cara tersebut sudah umum dilakukan untuk menghindari perubahan kondisi air yang mendadak. Tetapi pertanyaannya adalah apakah dengan langkah-langkah tersebut sudah cukup menjamin kenyamanan bagi koi yang baru masuk kolam ? Jawabannya adalah TIDAK.Setiap kolam koi punya kualitas air yang berbeda.Tidak ada satupun kolam koi yang sama persis kualitas airnya dengan kolam lain apalagi berbeda lokasi/tempat.Demikian pula kualitas air kolam di lokasi dealer (penjual koi), tentu berbeda dengan di kolam anda. Bila perbedaannya cukup significant, pastilah koi baru anda akan makin bertambah stress.Tidak mungkin anda musti melakukan test air di kolam dealer setiap anda akan membeli koi. Apalagi bila kolam anda tidak dilengkapi dengan sistem filter yang memadai. Lalu apakah dengan adanya perbedaan kualitas air tersebut, kita tidak akan membeli koi selamanya? Jawabannya tentu saja TIDAK.Tujuan karantina koi. 1. Menurunkan stress. 2. Memantau kondisi dan kesehatan koi 3. Penyesuaian dengan kualitas air dikolam anda 4. Mengembalikan kondisi koi menjadi fit. Bagaimana proses karantina ? Anda tentu harus menyediakan wadah khusus untuk karantina koi. Pakailah tempat yang tidak terlalu sempit, sesuai dengan panjang koi, tetapi juga jangan terlalu luas. Bisa menggunakan bak semen atau fibre glass, namun idealnya menggunakan aquarium (bak transparan), sebab kita bisa dengan mudah mengamati kondisi koi yang sedang dikarantina dengan mudah dan jelas. Tempatkan wadah karantina ditempat yang aman, jauh dari kebisingan, sebab koi juga sensitip terhadap suara dan perubahan intensitas cahaya. Berapa lama karantina ? Tidak perlu terlalu lama dalam bak karantina. Bila kondisi koi normal, maka paling lama 2 minggu, koi sudah terlihat sehat dan sudah bisa dipindahkan ke kolam anda. Tetapi bila secara phisik, koi anda masih terlihat sakit maka perlu dilakukan pengobatan. Biasanya koi yang memburuk kondisinya, maka pada hari ke 4 atau ke 5 pada masa karantina, akan menunjukkan gejala-gejala sakit, antara lain berdiam diri, sisik berwarna kemerah-merahan, timbul bercak2 merah, terdapat kutu (parasit) yang menempel di badannya , pada ekor terlihat guratan merah atau tanda kerusakan pada siripnya, mata cekung atau tertutup selaput putih dll. Bila koi memburuk kondisinya, maka harus segera dilakukan diagnosa terhadap penyakit koi, untuk menentukan obat yang tepat. Pemberian obat harus segera dilakukan untuk mengurangi resiko kematian koi. Perlengkapan bak karantina. Alat alat yang dibutuhkan dalam bak karantina antara lain air kolam, pompa, blower (aerator) heater dan jaring atau penutup bak. Pakailah air kolam untuk karantina, jangan sekali kali menggunakan air baru yang belum cukup kadar oksigennya, bisa2 koi anda makin stress bahkan mati. Pompa diperlukan untuk mengalirkan air ke ruang karantina. Kecukupan pasokan oksigen harus dipertahankan dengan aerator. Heater (pemanas air) diset pada suhu 30 – 32 º Celcius. Jangan lupa, bak harus ditutup rapat dengan jaring atau papan dll untuk menjaga koi tidak loncat keluar bak. Yang terpenting dalam proses karantina adalah menjaga suhu air stabil yaitu antara 30 – 32 º Celcius. Pada suhu tersebut, bakteri dan virus bisa menjadi lemah sehingga tidak mampu menginfeksi koi. Untuk mendapatkan suhu yang stabil, maka bak karantina ditutup rapat, dengan catatan supply oksigen tetap berjalan normal. Tingkat Kepadatan ikan. Koi yang dikarantina jangan terlalu banyak. Idealnya hanya 1 ekor koi dalam 1 bak karantina. Jangan melakukan karantina 2 ekor koi dalam 1 bak. Bila lebih dari 1, maka minimal 3 ekor dalam 1 bak. Mengapa tidak 2 ekor dalam 1 bak ? Sesuai pengalaman, bila kita karantina 2 ekor, maka bila salah satu koi stress berat, sampai meloncat-loncat, maka koi lainnya akan terpengaruh. Bila hanya ada 2 ekor koi baru bagaimana ? Ambil 1 ekor koi lagi yang sudah ada dikolam anda dengan ukuran yang sama untuk menggenapkan 3 ekor. Bila 3 ekor atau lebih, maka pengaruhnya relatip berkurang, mengingat sifat koi adalah senang berkelompokHal hal penting dalam masa karantina. 1. Jaga suhu air stabil antara 30 – 32 º Celcius. 2. Koi dipuasakan (tidak diberi pakan) Maksudnya agar koi tidak mengeluarkan kotoran yang dapat merusak kualitas air. 3. Tutup rapat-rapat bak karantina, untuk mempertahankan suhu air dan menjaga agar koi tidak melompat keluar. Oleh karena itu gunakan penutup yang lunak (Triplex atau Styrofoam atau jaring yang ditindih pemberat), agar tidak merusak sisik, bila koi meloncat-loncat. 4. Jaga kualitas air, selama masa karantina, air tidak perlu sering2 diganti. Dengan penggantian air berarti merubah kondisi air, hal ini dapat mengganggu kenyamanan koi dan dapat menimbulkan stress. 5. Bila mempergunakan lampu penerangan, sekali menyala jangan pernah dinyala-matikan, sebab koi juga sensitip terhadap perubahan intensitas cahaya. 6. Selama masa karantina bila koi tidak menunjukkan gejala terkena penyakit, maka tidak perlu diberikan obat-obatan seperti garam dan obat2 lainnya. Obat hanya diberikan sesuai penyakitnya, dengan dosis yang tepat. 7. Setelah telah melewati 7 hari, dan koi telah menunjukkan kondisi baik/sehat, maka heater bisa dilepas. Pasang extra pump, agar air dari dalam kolam kembali bersirkulasi ke dalam bak karantina.Pencegahan penyakitUntuk mencegah serangan penyakit, maka pada saat pertama kali koi dikarantina, segera larutkan ke dalam bak karantina ; Malacyte green dan Dimilin dalam takaran yang tepat. Pemberian obat tsb dilakukan sekali saja dan tidak perlu diulang-ulang, karena keperluannya hanya untuk pencegahan penyakit. Cara memindahkan koiSetelah melewati masa karantina, dan kondisi koi telah baik/normal, maka dapat dipindahkan ke kolam. Cara memindahkan koi adalah dengan menggunakan kantong plastik yang diisi air dari bak karantina secukupnya. Air dalam kantong tidak perlu terlalu banyak, cukup menutup bagian insangnya saja. Kemudian segera angkat dan letakkan diatas air kolam. Tambahkan air kolam ke dalam kantong plastik hingga penuh, buka lebar2 kantong dan biarkan koi keluar dengan sendirinya. Jangan memaksa koi keluar dari kantongnya !!.Pemantauan koi pasca karantina. Setelah koi dilepas ke kolam, maka selama 3 hari setelah itu, harus tetap dipantau kondisinya. Bila koi terlihat sehat, bergerak dinamis dan nafsu makan besar, maka kita bisa melepas nafas lega. Koi kita telah kembali ke kondisi normalnya. Karantina ulangTetapi bila koi belum menunjukkan kondisi sehat, maka segera angkat dan kembali masuk ke bak karantina. Cara memindahkan koi dari kolam ke bak karantina, sesuai prosedur diatas. Proses rekarantina ini sama halnya dengan proses karantina awal. Memang merawat koi baru tidak mudah, perlu kesabaran dan agak merepotkan, tetapi demi koi kesayangan, apapun akan kita lakukan bukan ? Diagram Bak karantinaDiagram bak Karantina sbb : Keterangan diagram 1 : Air didalam Tanki karantina adalah bersumber dari air kolam, yang dialirkan dengan extra pompa. Didalam tangki karantina dibuat sedemikian rupa agar apabila air telah penuh, maka dengan sendirinya luapan air dapat kembali ke kolam (bersirkulasi). Langkah2 karantina koi : - Sebelum koi masuk ke tanki karantina, letakkan koi yang masih dalam kantong diatas air kolam, untuk penyesuaian suhu air. Sambil menunggu, penuhi terlebih dahulu tangki karantina dengan air kolam. - Setelah air penuh, matikan extra pompa. Dengan demikian air tidak bersirkulasi ke kolam. Nyalakan seluruh instrument yang telah terpasang didalam tanki karantina, terutama supply oksigen harus cukup memadai. Perlu diketahui, dengan suhu air 30-32 celcius, maka oksigen yang larut dalam air akan cepat berkurang, sehingga perlu pasokan oksigen yang cukup dan kontinue. - Setelah seluruh instrument tsb bekerja dengan baik, segera masukkan koi ke dalam tangki karantina. Jangan menunggu sampai suhu air meningkat ! - Buka ikatan kantong, kemudian tambahkan air dari dalam bak karantina hingga kantong penuh. Buka lebar2 kantong dan biarkan koi keluar dengan sendirinya.- Selama masa karantina, koi jangan diberi pakan. - Bila koi sehat, maka air dalam tanki akan tetap jernih, meski dalam beberapa hari. Bila air dalam tanki keruh dan berbusa, bisa dipastikan bahwa koi dalam keadaan sakit dan perlu diberikan obat dengan dosis yang tepat. - Penggantian air bisa dilakukan setiap 2 hari sekali. Cara mengganti air adalah dengan menyalakan extra pump, maka air kolam akan masuk ke tangki dan keluar kembali ke kolam (bersirkulasi). Bila dirasa cukup (lebih kurang 5 menit ), segera matikan kembali extra pump. Jangan terlalu lama menyalakan extra pump, sebab air dalam tanki akan dapat berubah drastis. - Bila koi sudah dalam kondisi terbaiknya, maka sebelum koi dipindahkan ke kolam, nyalakan extra pompa, sehingga air kolam bersirkulasi ke dalam tangki karantina. Maksudnya adalah agar koi terbiasa dengan kondisi dan kualitas air kolam selama beberapa hari. Cobalah memberi pakan sedikit saja untuk mengetahui nafsu makan koi. Bila nafsu makan koi sudah terlihat normal, maka koi sudah siap dipindahkan ke kolam. - Bila koi belum mau makan, maka jangan terburu-buru dipindah kekolam. Tunggu pada saatnya koi sudah mau makan walaupun sedikit, maka koi sudah bisa dipindahkan ke kolam. Keterangan Diagram 2 : Diagram diatas menunjukkan beberapa instrument yang diperlukan didalam tangki karantina sbb : 1. Submersible pump. Adalah pompa dalam air, yang kapasitasnya disesuaikan dengan volume tangki. Kapasitas pompa secukupnya, jangan terlalu besar, karena dapat menguras energi koi dalam berenang. Koi yang sedang dikarantina perlu ditenangkan agar kondisinya kembali normal. Pasang selang udara agar air yang keluar dari sub pump tsb bercampur dengan oksigen (aerasi). Pada saringan dibalut dengan kapas/dacron, sekedar filter yang menyaring kotoran kasar. Mengapa tidak perlu filter lainnya, sebab tanki telah dikondisikan tidak akan ada banyak kotoran sebab koi tidak diberi pakan. 2. Aerator/Blower Pada sub Pump diatas memang telah berfungsi juga sebagai aerator, tetapi perlu cadangan. Bila selang udara tersumbat atau sub pump mati, maka supply oksigen tetap berjalan dengan menggunakan aerator/blower. 3. Water Heater (pemanas air) Untuk menjaga suhu air konstan maka set heater pada suhu 30-32 Celcius. Daya disesuaikan dengan volume air dalam tanki. 4. Lobang Surface skimmer. Selain berfungsi sebagai skimmer, juga sebagai saluran sirkulasi air. Dengan demikian luapan air secara kontinue akan mengalir kembali ke kolam. 5. Jangan lupa menutup rapat2 tangki karantina dengan bahan yang kuat tetapi lunak, untuk menjaga agar koi tidak melompat keluar. Pada hari pertama karantina, koi akan melompat-lompat karena stress. Bila koi melompat akan menabrak penutup. Oleh karena itu agar tidak merusak sisik, maka pakailah penutup dari bahan yang lunak/lembut misalnya styrofoam atau kertas karton, yang ditindih pemberat/kaca/tripleks. Demikianlah seluruh rangkaian informasi perihal karantina koi, ini semua semata-mata berdasarkan pengalaman penulis dalam merawat koi baru. Semoga bermanfaat. Salam Masterpizzkoi
_________________Email : masterpizzkoi@yahoo.comMobile :0818-138-130 (SMS please)

T I P S

Tips
Setelah Ikan Sampai Saat Pengangkutan Koi
Ada beberapa hal yang masih harus diperhatikan agar kita bisa menyelamatkan ikan yang sudah capai-capai kita angkut. Yaitu setelah sampai tempat tujuan, ikan ini perlu mendapat penanganan.
Karena suhu air di dalam kantung dan di kolam berbeda, maka yang harus kita lakukan pertama kali adalah membiarkan kantung plastik untuk sekitar setengah jam terapung di dalam kolam. Maksudnya tidak lain untuk menyesuaikan suhu antara air yang ada di dalam kantung dan kolam. Panas dari kedua media itu akan saling mempengaruhi dan setelah sama, ikan bisa dilepaskan. Karet cukup dilepas dan mulut kantung ditenggelamkan, sehingga air dari kolam akan masuk ke dalam kantung dan ikan-ikan tersebut bisa keluar dengan leluasa.

Cara pengepakan Saat Pengangkutan Koi
Langkah-langkah pengepakan ikan yang hendak diangkut adalah sebagai berikut:
Pertama, sediakanlah kantung plastik yang berdiameter (lebar) 50 cm sepanjang ± 160 cm. Plastik tersebut diikat pada bagian tengahnya dengan jalan membelitkan bagian ujung yang satu dengan lain-nya. Kemudian kedua mulut plastik dipertemukan atau dengan kata lain plastik tersebut dibuat rang-kap dengan bagian dalam dan luar sama panjangnya.
Langkah berikutnya adalah mengisi plastik dengan air bersih yang sudah memenuhi syarat se-banyak kurang lebih 15 liter atau sekitar 12—13 cm tingginya. Untuk menjaga hal-hal yang tidak diingin-kan, plastik hendalcnya dicek dulu apakah bocor atau tidak. Caranya adalah dengan menggelembung-kan plastik dan memegang ujungnya. Air di dalam plastik digoyang-goyangkan untuk mengecek bocor tidaknya plastik. Setelah yakin plastik tidak bocor, bisa diikuti langkah berikutnya.
Ikan-ikan yang sudah diberok Selama 1 - 2 hari, kemudian dimasukkan ke dalam kantung yang telah berisi air. Penangkapan dilakukan dengan serokan yang halus untuk mencegah stres pada ikan dan luka yang tidak dikehendaki. Jumlah ikan atau banyak-nya ikan yang dimasukkan hendaknya sesuai dengan ketentuan tersebut di atas. Karena biasanya ikan yang dibeli berukuran sudah besar maka ketentuan berat badanlah yang hendaknya dipakai. Enam ekor ikan koi yang berukuran masing-masing setengah kilogram cukup dikemas dalam sebuah kantung plastik yang lebarnya 50 cm dan tinggi 60 cm (setelah diikat nantinya).
Setelah ikan masuk, udara yang ada di dalam plastik dikeluarkan. Dengan jalan mengurut plastik dari ujung hingga permukaan air, maka udara akan keluar dan yang tinggal hanya air dan ikan.
Pengangkutan tertutup membutuhkan oksigen murni i pernapasan koi. (Foto: Hem Susanto)
Slang oksigen dimasukkan ke dalam plastik dan dipegang pada leher kantung plastik. Kemudian dengan hati-hati kran oksigen dibuka dan oksigen murni akan memenuhi kantung plastik. Sebelum plastik berisi penuh benar, kran dimatikan dan kantung mulai diikat dengan karet gelang.
Untuk menjaga Jangan sampai bocor, sisa plastik dipelintir lebih dulu dan karet diikat berlawanan dan diakhiri dengan ikatan pada lipatan plastik. Untuk memperbesar ruang gerak ikan, penempatan kantung yang sudah dikemas Sebaiknya mendatar dan tidak berdiri.Jika jumlah kantung tidak banyak, untuk lebih amannya kantung plastik bisa dimasukkan dalam kardus bekas. Dalam jumlah banyak kantung plastik bisa dijejer dengan melapisi karung goni basah pada alasnya. Karung ini untuk menghindari masuknya benda-benda yang tidak dikehendaki yang bisa merusak kantung plastik.
Untuk pengangkutan siang had yang terik, dalam kantung bisa ditambahkan bongkahan batu es agar suhu tidak naik selama perjalanan. Pada pengangkutan jarak jauh biasanya antara kantung dengan kardus bekas masih dilapisi dengan styrofoam atau gedebok pisang yang bisa jadi penghambat panas.
Jika kita mengangkut ikan dengan mobil yang dilengkapi AC (Air Conditioning) atau penyejuk ruangan, akan lebih bagus Jika kantung kita tempatkan dalam mobil dan bukannya di bagasi yang biasanya panas.

Hubungan antara jumlah ikan dan besarnya ikan saat Pengangkutan Koi
Untuk menjamin keselamatan ikan, harus diper-hatikan hubungan antara jumlah dan ukuran ikan yang hendak diangkut. Kapasitas kantung plastik yang berdiameter 50 cm dan tinggi 60 cm, bisa di-lihat pada tabel berikut:
KANTUNG PLASTIK UNTUK IKAN.
Ukuran
Kapasitas
1 - 3 cm 5 - 8 cm 10 - 12 cm ikan besar
1500 - 1700 ekor 600 ekor 500 ekor 3 -4kg
Jika kita hendak mengangkut seekor ikan yang besarnya lebih dari 4 kg, maka jalan yang paling aman dengan menggunakan bak fiberglass yang ber-ukuran besar dan dilengkapi dengan aerator untuk menambah oksigen. Jika menggunakan kantung plastik tinggi (panjangnya) harus ditambah dan kon-sentrasi oksigennya harus diperbesar.

Persiapan Pengangkutan Koi
Untuk mengurangi pengeluaran kotoran selama pengangkutan, koi hendaknya dipuasakan terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk memperkecil pengeluaran kotoran selama pengangkutan. Dalam istilah perikanan, kegiatan ini dikenal sebagai pem-berokan. Pemberokan biasanya dilakukan sekitar 1-2 hari. Ikan yang hendak diangkut ditempatkan dalam bak dan tidak diberi makan.
Air yang dipakai untuk mengangkut hendaknya dipakai air bersih yang berasal dari tanah atau PAM yang telah diendapkan. Air yang digunakan hendaknya bukan berasal dari kolam yang dipakai untuk memelihara ikan, karena kualitasnya tidak sebagus air yang belum dipakai untuk memelihara ikan.
Pelaksanaan pemilihan, penghitungan, ataupun pengepakan ikan hendaknya dilakukan pagi atau sore hari saat suhu udara dan suhu air masih rendah. Pengepakan yang dilakukan pada sore hari, waktu-nya cukup panjang bahkan untuk pengangkutan yang lebih dari 12 jam, sedangkan untuk pengepakan yang dilakukan paling efektif jika waktu pengangkutan kurang dari 12 jam, karena ikan tidak bakal merepotkan ketika tiba karena masih waktu-nyajam kerja.

Jarak Saat Pengangkutan Koi
Yang tidak boleh dilupakan di samping ketiga hal tersebut di atas adalah jarak dari tempat asal ke tempat tujuan. Jarak akan mempengaruhi kepadatan dan jumlah oksigen yang harus disediakan. Pada pengangkutan jarak jauh, tentunya yang paling aman Jika kepadatannya rendah dan ditunjang dengan penyediaan oksigen yang cukup jumlahnya. Sebaliknya Jika ikan hanya akan menempuh jarak dekat, bukan berarti ikan boleh ditumpuk seenak-nya, melainkan tetap harus memperhatikan segi ke-selamatan ikan. Pengangkutan ikan yang memakan waktu lebih dari 10 jam biasanya ditangani secara khusus.

Kepadatan Ikan Saat Pengangkutan Koi
Kepadatan ikan yang akan diangkut juga harus dibatasi agar ikan bisa selamat sampai tempat tujuan, lain mengenai persaingan tempat, pengangkutan dengan kepadatan terlalu tinggi juga menyebab-kan terjadinya persaingan kebutuhan oksigen. Kepadatan ikan menyangkut jumlah ikan dan besar-nya ikan yang hendak diangkut. Jika ukuran ikan kecil, biasanya kepadatannya lebih tinggi dibanding-kan dengan yang berukuran lebih besar, terlebih Jika yang diangkut induk koi.
Pengangkutan dengan kepadatan yang tinggi akan melemahkan daya tahan tubuh ikan, bahkan pada tahap yang lanjut bisa mempercepat kematian ikan.

Oksigen Saat Pengangkutan Koi
Dengan wadah yang terbatas dan berkapasitas tinggi, diperlukan "piranti" khusus untuk menjamin keselamatan ikan. Untuk itu ke dalam wadah (kantung plastik) perlu ditambahkan oksigen murni untuk menjamin kelangsungan proses metabolisme dan pernapasan ikan selama pengangkutan. Pertim-bangan penambahan oksigen murni ini juga didasar-kan, karena kandungan oksigen dalam udara bebas hanya sekitar 20%. Apabila kantung hanya digelem-bungkan saja, oksigen yang ada di daiamnya belum mencukupi.

Suhu Air Saat Pengangkutan Koi
Pertama kali yang harus kita perhatikan adalah suhu air Selama dalam pengangkutan. Suhu air ini penting karena akan mempengaruhi aktifitas ikan Selama diangkut. Suhu yang kelewat tinggi akan menyebabkan ikan bernapas lebih cepat, sehingga kebutuhan oksigennya pun meningkat. Selain itu ikan juga akan lekas lelah karena tenaganya terkuras akibat aktifitasnya tersebut. Akibat lebih jauh, proses pengeluaran kotoran menjadi cepat yang meng-akibatkan kualitas air menurun drastis. Karena selama pengangkutan tidak dilakukan penggantian air, tentu saja penurunan kualitas air akan meng-ancam keselamatan ikan.
Adapun suhu air yang ideal untuk ikan Selama pengangkutan adalah sekitar 25-30°C. Suhu yang lebih tinggi dari 30°C akan menyebabkan ketahanan ikan menurun. Pengangkutan ikan pada suhu yang lebih tinggi hanya diperbolehkan pada jarak dekat
Bagaimana Mengangkut Koi
Untuk mengangkut koi dari satu tempat ke tempat lainnya. bisa dilakukan dengan dua cara yang berbeda. Yang pertama cara pengangkutan ter-buka, dan kedua cara pengangkutan tertutup. Cara pengangkutan terbuka masih sering dilakukan oleh para pedagang dengan nienggunakan kreneng yang terbuat dari bambu dan dilapisi aspal. Para pedagang yang membeli koi dari petani atau para petani yang ingin menjual koi di pasar lokal, biasanya nienggunakan cara pengangkutan terbuka. Cara ini biasanya dipilih apabila jarak yang bakal ditempuh tidak begitu jauh. Untuk pengangkutan jarak jauh, tentu cara ini tidak bisa diterapkan, karena akan banyak memakan tempat dan kapasitas angkutnya tidak begitu besar.
Guna mengatasi kendala tersebut di atas, kita bisa mengangkut koi dengan sistem tertutup. Pada cara pertama, air sebagai media hidup koi berhu-bungan langsung dengan udara bebas, sehingga suplai oksigen bisa lewat difusi dengan udara. Untuk cara kedua ini, air sebagai media hidup koi sama sekali terpisah dengan udara langsung. Untuk suplai oksigen dipakai oksigen murni. Untuk keper-luan itu tentunya dibutuhkan wadah yang kedap udara. Bahan yang sudah lazim dipakai adalah kan-tung plastik, sedang pengikatnya karet gelang.
Dengan pengangkutan tertutup ini, semuanya lantas menjadi praktis. Kantung plastik dengan ukuran sedang bisa menampung lebih banyak diban-dingkan kreneng. Kendaraan pengangkut bisa meng-angkut kantung dalam jumlah banyak tanpa khawa- j tir airnya bakal tumpah seperti Jika mengangkut kre- i neng. Risiko bocornya plastik bisa diatasi dengan : melapisinya sehingga dobel dan mengemasnya dalam kardus berlapis styrofoam.
Karena praktisnya’ untuk pengangkutan jarak dekat pun cara ini sering dipakai. Kita lihat saja di j pedagang-pedagang ikan hias di Jakarta ataupun Bandung. Dengan cekatan mereka akan memasuk-kan ikan di dalam kantung plastik, mengisinya dengan oksigen murni, dan mengikatnya dengan karet gelang. Untuk keamanan pengangkutan, hendaklah kita perhatikan beberapa hal berikut ini.

10 keunikan Koi

Sepuluh Keunikan Koi

Bisa Menjadi Teman Seumur Hidup

Sekitar 15 tahun yang lalu, sangatlah sulit mem-pertahankan hidup koi terutama pada daerah yang mempunyai empat musim. Memasuki musim dingin biasanya koi akan "berguguran", karena tidak tahan dengan perubahan suhu yang mencapai beberapa derajat di bawah titik nol. Koi mudah mati sehingga tidak dapat dijadikan hewan peliharaan yang bisa bertahan sepanjang waktu.
Banyak di antara para pemelihara koi mencoba dan mempelajaxi agar koi mereka bisa bertahan hidup lebih lama. Beberapa problem yang sulit bisa mereka atasi, sehingga mereka bisa memelihara dan mempertahankannya tetap hidup. Usaha yang serius pada pembudidayaan koi memungkinkan kita untuk memiliki koi yang berumur panjang. Dan kita bisa menjadikan koi sebagai teman .etia sepanjang hidup. Tidak berat yang harus kita lakukan untuk itu, dan biasanya tidak terasa kalau kita sudah memelihara koi sampai puluhan tahun. Kuncinya hanyalan membersihkan kolam sebaik kita menjaga kebersih-an lingkungan kita, dan merawat koi sebaik merawat diri sendiri.

Warna-warninya Beragam
Kita tahu bahwa koi mempunyai corak warna yang sangat beragam, dan kita bisa menjadikannya sebagai si cantik yang dinamis. Setiap pola warna koi sangat berbeda, sehingga cukup alasan bagi pemiliknya untuk selalu bangga dengan koi milik-nya.
Secantik dan seantik apa pun lukisan adalah benda yang statis, sedangkan koi adalah makhluk yang hidup dinamis. Dan kita bisa menikmati ke-dinamisan sekumpulan koi yang berwarna-warni sebaik kita menikmati seekor koi dalam kolam kita. Corak warna koi bervariasi seiring dengan perkem-bangan waktu sehari-hari, masa dan musim. Para hobiis bisa mengikuti perkembangan ini juga. Mereka bisa juga tertarik dengan warna-warni mereka seperti putih, merah, hitam, biru, kuning, biru tua, kuning emas, perak, dan pirang

Koi Murah Namun Indah
Koi yang memenangkan kontes bisa terjual dengan harga hingga lebih dari 10 juta yen atau sekitar Rp 120 juta. Pada umumnya. orang beranggapan bahwa koi sebagai ikan hias yang harganya mahal.
Kendati demikian, seekor koi yang baru menetas hanya dijual seharga 5 atau 6 yen, sedangkan yang lebih besar bisa seratus hingga seribu yen. Kita dapat memilih koi yang bagus andai kita mempunyai mata jeli. Sebagaimana halnya pemijahannya yang gam-pang, akan mudah juga bagi kita untuk memelihara-nya. Dan dalam tempo singkat, kita bakal dapat me-nikmati keindahannya. Pilihlah anak yang bagus dan kita akan dapatkan koi yang hebat, yang bukan tidak mungkin bakal memenangkan kontes.

Koi Mudah Menyesuaikan Diri
Koi juga dikenal sebagai ikan yang gampang menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Ikan ini bisa menempati hampir semua tempat. Pada saat pe-mindahan, Jangan sampai koi mengalami perubahan secara mendadak. Kalau hal itu terjadi, kemungkin-an koi akan menderita.
Beberapa peminat biasanya berkecil hati ter-lebih dulu bila hendak memelihara koi, karena mereka tidak memiliki cukup lahan di pekarangan.Ini suatu kekeliruan yang besar, karena koi tidak butuh tempat terlalu besar. Lahan seluas 3,3 m2 sudah cukup untuk memelihara ikan cantik ini. Malahan ada beberapa orang yang menempatkan koi pada kolam di balkon atau lantai atas sebuah loteng. Dengan tempat yang kecil, tentunya air harus digan-ti. Setiap hari. Dengan begitu, sebenarnya setiap orang bisa memelihara ikan ini jika mau.
Tentu saja dibutuhkan tempat yang lebih luas untuk menempatkan koi yang besar dan cantik. Setidaknya, sediakan kolam seluas 15-30 m2 dengan kedalaman ideal 1,2 m. Untuk mendapatkan kondisi yang bagus, kolam koi harus diperlengkapi dengan peralatan penyaringan dan drainase. Air yang digunakan cukup air tanah. Untuk menjaga kebersihannya, air dialirkan melewati unit filter dan kita tidak perlu harus mengganti setiap hari. Untuk kota-kota besar atau kota industri disarankan untuk tidak menggunakan air tanah. Air dari sini kemung-kinan besar sudah terpolusi. Untuk daerah tertentu di Jakarta, air laut sudah merasuk dan bercampur dengan air tanah. Untuk itu pemakaiannya perlu di-pertimbangkan.

Mudah Menerima Makanan
Salah satu sebab mengapa koi mudah dipelihara adalah karena koi mudah menerima makanan apa saja. Tidak seperti halnya pada budidaya kodok. Kodok sulit dibudidayakan karena perilaku makan-nya sangat khusus. Sedangkan koi mau menerima berbagai jenis makanan baik berasal dari hewan ataupun bahan nabati (tumbuh-tumbuhan). Koi mau menerima daging, ikan, sayur-sayuran. Bahkan roti pun sudi menerimanya. Namun demikian untuk mendapatkan koi yang tumbuh sehat dengan warna yang memikat kita perlu memberi makan koi kita dengan makanan buatan yang merupakan campuran berbagai bahan-bahan nabati dan hewani dan juga vitamin-vitamin yang sangat positif terhadap pertumbuhan warna badannya.
Selain makanan buatan tersebut harus juga di-sediakan makanan alami seperti udang-udangan, cacing tanah, kepiting, dan siput. Perbandingan baban sayuran dengan bahan hewani berkisar 6 : 4. Yang paling gampang bagi kita adalah menggunakan makanan yang sudah siap pakai.
Jika kita ingin berekreasi dengan seluruh anggo-ta keluarga dan harus meninggalkan rumah Selama beberapa hari, maka kita bisa meninggalkan koi kita tanpa perlu khawatir. Yang harus diingat adalah, koi terbebas dari sergapan hewan pemangsa.

Tidak Pemilih Terhadap Perawatnya
Pada umumnya sebuah hobi hanya milik per-l orangan. Kalau seorang ayah mempunyai kegemaran memelihara burung, mungkin anggota keluarga yang lain tidak bisa ikut menikmati karena memang tidak tahu apa yang menarik dari burung tersebut. Tidak demikian halnya dengan koi. Memelihara koi dapat memberi kebahagiaan pada seluruh anggota keluarga. Bahkan tidak jarang sebuah keluarga yang memelihara koi menganggap koi sebagai salah satu anggota keluarganya juga. Dengan demikian, masalah makan ikan dan kebersihan tempatnya akan sangat mereka perhatikan sekali.
Seekor koi yang dibeli dan dipelihara oleh si anak atau seekor koi yang dibeli oleh si ibu dapat menjadi kesenangan bagi ayah atau saudara mereka, dan masing-masing koi tersebut dapat hidup damai dalam kolam yang sama. Kalau sudah begitu, bisa! saja suatu saat sang istri sedang memberi makan koi atau membersihkan kolam koi, sedangkan suaminyai memperlihatkan kepada temannya koi-koi kesayang-an mereka. Istri dan anak bisa menjadi tenaga yang potensial untuk turut merawat koi kesayangan I suami atau ayah mereka. Pernah suatu kali ketika ada perlombaan koi di Hawaii, seorang istri me-nangis gembira ketika koinya mengalahkan koi suaminya.

Koi Lemah Lembut dan Jinak
Tidak ada bos dalam kelompok koi, dan tidak ada seekor pejantan kasar yang mengganggu koi betina. Sebagai penghuni lama, koi tidak akan me-nyiksa koi pendatang baru. Koi sangat lemah lembut.
Koi juga jinak. Jika kita memiliki koi dan telah terbiasa akrab dengannya, kita bisa memberinya makan dengan tangan kita. Koi akan menghampiri dan menyantap makanan yang kita sodorkan tanpa tergesa-gesa. Bahkan Jika kita berikan makanan agak ke sebelah atas permukaan air, koi mau mengeluar-kan moncongnya menyantap makanan tersebut. Seperti halnya memelihara anjing atau kucing, kita bisa memberi nama pada koi. Koi ini akan mende-kat ketika dipanggil namanya. Bahkan ada koi yang mau meminum kopi dari pemiliknya.
Ketika kita sedang dirundung suatu masalah, baik di kantor atau dengan anggota keluarga, kita bisa meluangkan waktu sejenak untuk mengamatidan bercanda dengan koi kesayangan kita. Dijamin masalah-masalah bisa hilang, atau paling tidak kita bisa merupakan sejenak masalah yang membebani kita.



Disebut Ikan Samurai
Koi terkenal sebagai ikan pemberani dan tidak takut terhadap apa pun sampai mereka dibantai. Oleh karenanya, koi di Jepang disebut sebagai ikan samurai.
Masa hidup koi umumnya sekitar 70 tahun. Namun ada beberapa yang hidup mencapai umur 200 tahun. Dikarenakan usia hidupnya bisa seperti burung bangau dan kura-kura, koi juga dinamakan sebagai ikan pesta.
Di Jepang, dikabarkan koi dapat berenang men-daki air terjun. Oleh karenanya ikan ini dianggap sebagai simbol kebangkitan di dunia. Koi juga di-hidangkan pada jamuan makam malam, karena di-percaya sebagai pembawa keberuntungan. Sehingga tidaklah heran apabila banyak orang yang senang memeliharanya.

Raja Ikan Hias Air Tawar
Koi merupakan ikan hias air tawar terbesar dan merupakan ikan bergengsi. Kepalanya besar dengan dihiasi sepasang kumis. Kumis inilah yang membeda-kannya dengan ikan koki, Carassius auratus. Mereka berenang bagaikan seorang raja dan sesekali akan melompat keluar air memamerkan sosoknya yang menawan. Koi adalah raja ikan hias air tawar. Ibarat pohon, koi adalah pohon yang besar sekali, sedang-kan koki adalah pohon yang kerdil. Jika seseorang menempatkan koi di kolam tamannya, maka akan mereka dapatkan sebuah kesukaan yang besar.
Koi tumbuh sangat pesat. Sebagai gambaran, pada tahun pertama mereka akan tumbuh sekitar 10-20 cm, pada tahun kedua 24-30 cm, dan pada tahun ketiga 37-40 cm. Jika kita pelihara terus dengan baik, pada tahun kelima panjangnya men-capai 45-50 cm, dan pada tahun kesepuluh men-capai 55-70 cm. Yang pernah tercatat ada seekor koi yang panjangnya mencapai 1,53 meter dengan berat 45 kg.

Koi Merupakan Karya Seni Jepang
Koi mempunyai sejarah panjang sebagai ikan peliharaan. Ikan ini diimpor ke Jepang dari tempat asalnya di Asia Tengah lewat Cina dan Korea. Koi yang berwarna-warni dilahirkan dari ikan mas berwarna hitam yang biasa untuk lauk lewat mutasi. Seperti halrrya ikan-ikan lain, setelah matang kelamin koi akan memijah (kawin). Itulah suatu seni yang biasa dilakukan oleh orang Jepang. Mereka akan berusaha menghasilkan koi secantik (kalau perlu lebih cantik dari) induknya. Rata-rata orang Jepang mempunyai kolam taman di halaman rumah-nya dan tak syak lagi mereka memilih koi untuk menghuni kolamnya tersebut.

Penyakit Koi

Penyakit Balon Gas
Penyakit ini biasanya menyerang koi pada mu-sim panas (kemarau), saat suhu udara sangat tinggi. Benih sering sekali menderita pada kolam yang mengandung banyak bahan organik. Penyakit ini sering terlihat pada kepala, sirip, dan juga pada pupil mata. Kejenuhan kandungan oksigen juga bisa menyebabkan timbulnya penyakit ini.
Penyakit ini dapat di-tanggulangi dengan memasukkan air ke dalam kolam koi atau membuat tempat yang teduh. Aerasi dan pemanasan harus selalu dikontrol agar tidak menjadi penyebab timbulnya penyakit ini.

Penyakit gelembung renang
Koi yang terserang gelembung renangnya selalu berenang di permukaan air, jatuh ke dasar kolam, dan berenang melintir-lintir (tidak bisa berenang dengan lurus dan normal).
Penyebab penyakit gelembung renang ini tidak lain adalah terjadinya pembengkakan usus yang me-nekan gelembung renang. Pembengkakan usus bisa saja terjadi karena koi salah makan, misalnya saja di-berikan makanan yang mudah mengembang seperti roti. Roti ketika dimakan kering akan mengembang begitu bereaksi dengan air dalam usus dan bisa menyebabkan usus membengkak. Atau bisa disebabkan usus tidak mampu mencerna makanan yang dikon-sumsi koi, yang menyebabkan tubuh lemah sebagaimana halnya penurunan suhu yang drastis.
Semua ini menyebabkan penimbunan lemak yang mampu merusak fungsi gelembung renang dan koi bertingkah aneh. Selama ini belum ada obat yang bisa me-nolong koi dari penderitaannya. Satu-satunya jalan. adalah dengan menghindarkan (diet) koi dari makanan yang mudah mengembang dan banyak mengandung lemak. Juga hindarkan agar koi tidak mengalami pergoncangan suhu yang drastis.

Parasit Lernaea
Parasit lernaea yang populer dengan nama cacing jangkar yang terlihat dengan mata telanjang juga sekali waktu ditemukan menyerang koi di kolam. Sama seperti white spot, cacing jangkar ini juga menyerang pada seluruh bagian tubuh, bahkan sampai pada insang koi.
Lernaea menyerap cairan dalam tubuh koi. Akibatnya koi lemah dan bentuk-nya tidak bagus. Pada serangan yang sudah parah koi bisa menemui ajalnya. Sialnya lagi Lernaea gam-pang berkembang biak, sehingga Jika seekor koi terserang lernaea dan tidak segera ditanggulangi pasti-lah dalam tempo singkat seluruh koi dalam kolam akan terjangkiti. Sungguh tidak enak rasanya mem-bayangkan koi yang, mulus-mulus dikotori denganparasit yang seperti cacing melayang-layang dalam air! Parasit ini dalam jumlah sedikit pada seekor koi bisa dicabut dan bekas gigitannya yang berdarah diolesi dengan obat merah. Jika serangan sudah merata bisa diobati dengan larutan formalin berkonsentrasi 25 ppm selama 10 menit dengan pengulangan 2-3 kali setiap 2 hari sekali dengan cara pemandian. Bisa juga dengan Diphterex seperti mengobati kutu ikan.
Jamur
Jamur sering menyerang koi terutama Jika kolam kotor dan koi mengalami luka. Jamur akan tumbuh pada lingkungan yang berbahan organik tinggi dan tumbuh pada jaringan yang mati seperti tubuh yang luka pada ikan. Bisa juga ikan yang semula sudah sakit, karena parasit lain seperti kutu ikan, akan ditumbuhi jamur. Jamur yang menyerang tubuh ikan akan kelihatan seperti lapisan kapas yang tipis.
Jamur akan menyerap cairan tubuh ikan dan memperluas daerah serangannya, sehingga koi semakin kurus dan merana sampai akhirnya mati karena tidak mampu bertahan lagi. Pada kondisi yang lemah tidak jarang koi juga terserang parasit lainnya.
Untuk mengobati koi yang terserang jamur bisa dengan larutan NaCl (garam dapur) dengan konsentrasi 1,5-2,5% dengan pencelupan. Buang bulu-bulu halus jamur dengan mengolesnya memakai kapas yang diberi obat merah. Langkah berikutnya adalah memandikan ikan yang sakit pada larutan mona-furacin yang biasa untuk ikan.

Kutu Ikan
Kutu ikan juga sering ditemukan menyerang koi. Bentuknya pipih berwarna abu-abu muda dan tetgolong ke dalam udang-udang renik. Berbeda dengan white spot, seekor kutu ikan ukurannya cukup besat sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang.
Jika hanya satu atau dua ekor kutu ikan yang menempel pada tubuh koi, kita bisa mencomot kutu ikan tersebut dengan pinset dan mengolesi bekas lukanya dengan obat merah. Jika jumlahnya cukup banyak dan sudah menyerang seluruh ikan yang ada di dalam kolam, maka tidak ada jalan lain kecuali mengobatinya dengan Diphterex berdosis 0,5 - 1,0 ppm selama 24 jam. Pengobatan bisa dengan garam dapur sebanyak 2-3% selama 10-15 menit. Pengobatan dilakukan dengan perendaman. Pelaksanaan-nya harus hati-hati, untuk mencegah semakin parah-nya koi yang kita pelihara.
White Spot
Penyakit white spot mungkin boleh dibilang penyakit yang sangat populer karena banyak di-temukan menyerang koi di kolam taman maupun kolam penampungan. Bintik-bintik putih akan tampak di permukaan badan ikan, mula-mula di satu bagian kemudian meluas pada bagian tubuh lainnya. Penyebab bintik putih ini tidak lain dari protozoa bernama Ichthyophthirius multifilis.
Sekalipun tidak terlihat mata telanjang, tapi karena protozoa ini berkumpul dalam jumlah banyak, maka akan tampak seperti bintik putih. Diameter seekor protozoa sekitar 0,7 milimeter dan berbentuk seperti telur.
Koi yang terserang bintik putih seolah-olah tertutup oleh bedak putih. Pada tahap awal bintikputih hanya menyerap cairan tubuh, tapi lama-kelamaan menyebabkan ikan kurus dan akhirnya mati.
Koi akan sangat mudah terserang apabila lingkungannya jelek dan kesehatan koi tidak berada dalam kondisi prima.
Untuk mengobati koi yang terserang bisa dengan cara menaikkan suhu air hingga mencapai beberapa derajat dari suhu awal. Cara ini sering efektif untuk mematikan white spot. Pengobatan dengan cara menaikkan suhu air kolam 0,5 gram Methelene blue dalam 1 ton air juga cukup efektif dalam mengenyahkan white spot. Pengobatan dilakukan dengan cara pemandian. Selain pada tubuh, white spot juga menyerang insang koi.
Tanda-tanda Koi Sakit
1. Perubahan sekujur tubuhPerubahan pada permukaan tubuh misalnya timbulnya bercak-bercak merah seperti darah, mun-culnya lendir yang kelewat banyak, dan hadirnya binatang-binatang asing pada beberapa bagian atau sekujur badannya. Jika muncul serabut seperti cacing pada tubuhnya, berarti ikan terserang Lernaea, sedangkan bila ada binatang putih, bulat, itu pertanda kena serangan kutu ikan (Argulus).
2. MenyendiriKoi yang sehat akan berenang riang gembira me-ngelilingi kolam tempat hidupnya. Bila kita temu-kan koi yang menyendiri di sudut kolam dan tidak mau bergabung dengan kelompoknya, kita harus mulai curiga bahwa koi tersebut menderita sakit. Bila hanya sesekali saja seekor koi meninggalkan kelompoknya kemudian balik lagi bergabung, maka hal tersebut biasa dan tidak perlu dicurigai sebagai ikan yang sakit. Pada tahap yang lebih parah, koi ini akan mengambang dan ketika deritanya sudah me-muncak koi ini akan menghantam dinding kolam.
3. Megap-megapBiasanya koi yang sehat akan bernapas dengan teratur, tenang dan seirama dengan gerakannya. Koi yang sakit akan bernapas dengan cepat dan mengesankan megap-megap. Gerakan mereka sudah tampak tidak serasi, dan sering terlihat di permukaan air. Koi bukanlah golongan ikan yang dilengkapi alat pernapasan tambahan yang harus menyempat-kan menghirup oksigen dari udara langsung. Oleh karenanya kalau ada gerakan koi yang seperti itu kita sudah harus curiga, terlebih Jika kita lihat ketika bernapas mulutnya terbuka lebar.
4. Diam di dasar dan strip dada terbuka Koi yang sehat umumnya akan aktif bergerak kian kemari bersama kelompoknya. Koi yang sakit akan berdiam diri di dasar kolam dengan posisi ship dada terbuka lebar. Bagaimana membedakannya dengan koi yang sedang tidur? Koi yang sedang tidur akan memilih tempat yang sesuai, dan akan diam dengan posisi sirip dada tertutup. Sedangkan koi yang sakit akan tidur di mana saja, tidak peduli tempat itu datar, berbatu-batu, atau di pojok kolam yang menonjol. Lagipula koi sehat yang sedang tidur ketika kita ganggu akan sigap berenang berpindah tempat, sedangkan yang sakit hanya sebentar saja bereaksi, kemudian akan kembali pada posisi semua dan diam tak bergerak. Malahan gerakannya mengesankan kalau koi tersebut tidak memilih tempat baru, melainkan tenggelam.
5. Tidak bernafsu makanKoi yang sehat akan memburu dengan sigapmakanan yang disodorkan dan berebut sesama ka-wannya. Namun koi yang sakit tidak akan ikut-ikut-an bereaksi. Selain itu, koi yang sakit biasanya di-tandai dengan cairan yang dikeluarkan dari dubur-nya. Karena makanannya tidak teratur, maka kotoran yang dikeluarkannya pun berpengaruh. Ketika kotoran koi sudah encer, itu suatu indikasi bahwa penyakitnya sudah sangat serius.
6. Insangnya terdapat parasitJika permukaan tubuhnya terlihat biasa-biasa saja, artinya tidak mengalami perubahan yang"ber-arti, tapi dari aktifitasnya mereka terlihat sangat lelah, maka boleh jadi koi tersebut terserang penya-kit. Langkah yang mesti dilakukan adalah melihat insangnya. Ikan yang napas dan aktifitasnya ter-ganggu, biasanya insangnya berubah putih atau ke-hitaman. Bisa juga bentuk insangnya berubah. Warna merah pada insang yang sehat tidak bakal kita temukan lagi. Dan bila sudah demikian koi harus ditangani dengan serius, Jika kita tidak inginkan koi yang lain turut terserang. Tidak jarang juga pada insang koi kita temukan binatang seperti cacing atau kutu yang menempel, karena kita tahu serangan kedua parasit ini meliputi sekujur tubuh tanpa kecuali.
7. Berenang menyentak-nyentakKoi yang sehat akan berenang dengan mulusnya, kadang cepat, kadangkala lambat dan ber-irama. Namun, Jika kita temukan koi yang berenang menyentak-nyentak secara terus menerus itu pertan-da koi tersebut sedang menderita sakit. Tidak jarang koi yang berenang menyentak-nyentak ini menabrak temannya. Dan sering perilaku berenang menyentak-nyentak ini dilakukan seiring dengan gerakan megap-megap dari mulut dan insang dan dilakukan di permukaan air.
8. Gerakan salto Suatu kali mungkin akan kita temukan koi yang bergulingan ketika berenang, baik berguling ke sam-ping atau ke arah bawah. Jika demikian kemungkin-an besar gelembung renangnya berfungsi tidak sem-purna.
Berbagai Macam Hama Koi
Selain penyakit, koi pun tidak luput dari hama yang setiap saat bakal menyerangnya di kolam taman. Jika penyakit berukuran lebih kecil daripada koi, maka hama berukuran lebih besar dibandingkan koi, dan biasanya merupakan binatang dari kelas lain.
Tidak semua hama memangsa koi dengan sekali santap. Adakalanya hama hanya sekedar menyakiti koi. Karena koi bisa menjadi begitu jinak dan bere-nang di permukaan air ketika seseorang mendekati kolam. Saat seperti ini sangat mudah bagi kucing untuk memanfaatkan kesempatan.
Hampir sama dengan kasus yang terjadi pada pemeliharaan ikan konsumsi, musang bisa menjadi ancaman yang sangat berbahaya bagi koi yang kita pajang di kolam. Bahkan di Jepang, musang ini menjadi musuh utama koi. Musang akan membunuh koi ketika mereka sedang tertidur. Entah kenapa, binatang satu ini seolah punya kemahiran yang sulit di-tandingi ketika memangsa koi.
Selain musang, anjing air pun tidak kalah berbahayanya dalam mengincar koi di kolam taman. Seperti halnya musang, anjing air ini juga bergerak pada malam hari, ketika koi sedang beristirahat. Bekas-bekas serangan musang dan anjing air biasanya bisa kita temukan di pinggiran kolam pada ke-esokan harinya berupa sisik-sisik yang tercecer atau-pun kepala koi. Kepala koi biasanya tidak ikut dimakan karena keras dan sisik-sisik biasanya tercecer karena kedua binatang ini biasanya lebih me-milih mencabik-cabik daging koi.
Burung elang, bangau, dan raja ikan juga turut andil dalam memangsa koi. Sedangkan kodok dan ular memangsa koi yang masih kecil. Hama seperti telah disebut di atas cukup mengancam keselamatan koi, maka perlu dicari jalan keluarnya. Pembuatan kolam yang memenuhi syarat agar tidak memung-kinkan hama mengganggu koi adalah sangat penting. Kolam yang sekelilingnya ditumbuhi tanaman rim-bun yang tidak terawat tentu memungkinkan sekali sebagai sarang ular ataupun tempat persembunyian kodok.
Untuk melindungi koi dari sergapan burung, bisa saja di atas kolam dipasang jaring untuk meme-rangkapnya. Beberapa orang merentangkan pita kaset bekas ke segala penjuru untuk menakuti burung, karena dengan kilatan cahaya yang terpantul akan menakuti burung. Sedangkan untuk menang-gulangi serangan ular dan hewan lainnya, beberapa orang memasang pagar kawat di sekeliling kolam.

Malachite Green
Malachite Green merupakan pewarna triphenylmethane dari group rasamilin. Bahan ini merupakan bahan yang kerap digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dan parasit dari golongan protozoa, seperti: ichtyobodo, flukes insang, trichodina, dan white spot, serta sebagai fungisida. Penggunaan bahan ini hendaknya dilakukan pada sistem tertutup seperti akuarium atau kolam ikan hias. Malachite green diketahui mempunya efek sinergis apabila diberikan bersama-sama dengan formalin.
Terdapat indikasi bahwa kepopuleran penggunaan bahan ini agak menurun, karena diketahui bisa menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan manusia apabila terhirup. Malachite Green juga dapat menimbulkan akibat buruk pada filter biologi dan pada tanaman air. Disamping itu, beberapa jenis ikan diketahui tidak toleran terhadap bahan ini. Warna malachite green bisa melekat pada apa saja, seperti tangan, baju, dan peralatan akuarium , termasuk plastik.
Hindari penggunaan malachite green dalam bentuk serbuk (tepung). Disarankan untuk menggunakan malachite green dalam bentuk larutan jadi dengan konsentrasi 1% dan telah terbebas dari unsur seng.
Dosis dan Cara Pemberian
Dosis 0.1 - 0.2 ml dari larutan 1% per 10 liter air, sebagai perlakuan perendaman jangka panjang. Pemberian dosis dapat dilakukan setiap 4-5 hari sekali. Sebelum pemberian dosis dilakukan, disarankan untuk mengganti air sebanyak 25 %
Dosis 1 - 2 ml dari larutan 1% per 10 liter, sebagai perlakuan jangka pendek (30 - 60 menit). Perlakuan dapat di ulang setiap 2 hari sekali. Perlakuan dapat dilakukan sebanyak 4-5 ulangan.
Dosis campuran antara Malachite Green dan Formalin untuk perlakuan pada ikan adalah 0.05 - 0.1 ppm MG dan 10 -25ppm Formalin. Untuk udang-udangan atau invertebrata laut adalah 0.1 -0.2 ppm MG dan 10 - 25 ppm Formalin.
Malachite Green dapat pula diberikan sebagai disinfektan pada telur dengan dosis 5 ppm selama 10 menit.
Perlakuan hendaknya dilakukan pada tempat terpisah.
Perhatian !! Malachite Green dapat bersifat racun terhadap burayak ikan, terhadap beberapa jenis tetra, dan beberapa jenis catfish seperti Pimelodidae atau blue gill. Beberapa penyimpangan hasil perlakuan dengan MG dapat terjadi apabila perlakuan dilakukan pada pH air diatas 9 atau apabila temperatur air diatas 21 ° C.
Yakinkanlah MG yang digunakan adalah dari jenis yang bebas Seng.
Tidak ada salahnya dilakukan percobaan terlebih dahulu pada 1 atau 2 ikan sebelum perlakuan MG dilakukan pada sejumlah banyak ikan.
White Spot (Ich)
White spot atau dikenal juga sebagai penyakit "ich" merupakan penyakit ikan yang disebabkan oleh parasit. Penyakit ini umum dijumpai pada hampir seluruh spesies ikan. Secara potensial white spot dapat berakibat mematikan. Penyakit ini ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih di sekujur tubuh dan juga sirip.
Inang white spot yang bervariasi, siklus hidupnya serta caranya meperbanyak diri dalam akuarium memegang peranan penting terhadap berjangkitnya penyakit tersebut.
Tanda-tanda Penyakit
Siklus hidup white spot terdiri dari beberapa tahap, tahapan tesebut secara umum dapat dibagi dua yaitu tahapan infektif dan tahapan tidak infektif (sebagai "mahluk" yang hidup bebas di dalam air atau dikenal sebagai fase berenang) (lihat gambar). Gejala klinis white spot merupakan akibat dari bentuk tahapan sisklus infektif. Ujud dari "white spot" pada tahapan infektif ini dikenal sebagai Trophont. Trophont hidup dalam lapisan epidermis kulit, insang atau rongga mulut. Oleh karena itu, julukan white spot sebagai ektoparasit dirasa kurang tepat, karena sebenarnya mereka hidup dilapisan dalam kulit, berdekatan dengan lapisan basal lamina. Meskipun demikian parasit ini tidak sampai menyerang lapisan di bawahnya atau organ dalam lainnya.Ikan-ikan yang terjangkit akan menunjukkan penampakan berupa bintik-bintik putih pada sirip, tubuh, insang atau mulut. Masing-masing bintik ini sebenarnya adalah individu parasit yang diselimuti oleh lapisan semi transparan dari jaringan tubuh ikan. Pada awal perkembangannya bintik tersebut tidak akan bisa dilihat dengan mata. Tapi pada saat parasit tersebut makan, tumbuh dan membesar, sehingga bisa mencapai 0.5-1 mm, bintik tersebut dapat dengan mudah dikenali. Pada kasus berat beberapa individu dapat dijumpai bergerombol pada tempat yang sama.
Ikan yang terjangkit ringan sering dijumpai menggosok-gosokan tubuhnya pada benda-benda lain di dalam akuarium sebagai respon terhadap terjadinya iritasi pada kulit mereka. Sedangkan ikan yang terjangkit berat dapat mengalami kematian sebagai akibat terganggunya sistem pengaturan osmotik ikan, akibat gangguan pernapasan, atau akibat infeksi sekunder. Ikan berukuran kecil dan burayak dapat mengalami kematian setelah beberapa hari terjangkit berat.
Ikan yang terjangkit berat akan menunjukkan perilaku abnormal dan disertai dengan perubahan fisiologis. Mereka akan tampak gelisah atau meluncur kesana kemari dengan cepat dan siripnya tampak bergetar ( mungkin sebagai akibat terjadinya iritasi pada sirip tersebut). pada ikan yang terjangkit sangat parah, mereka akan tampak lesu, atau terapung di permukaan. Kulitnya berubah menjadi pucat dan mengelupas. sirip tampak robek-robek dan compang-camping. Insang juga tampak memucat. Terjadinya kerusakan pada kulit dan insang ini akan memicu ikan menglami stres osmotik dan stres pernapasan. Stres pernapasan ditunjukkan dengan pergerakan tutup insang yang cepat (megap-megap) dan ikan tampak mengapung di permukaan dalam usahanya untuk mendapatkan oksigen lebih banyak. Apabila ini terjadi peluang ikan untuk dapat disembuhkan akan relatif sangat kecil.
Penyebab.
White spot disebabkan oleh parasit yang diberi nama: Ichtyophtirius multifilis. Parasit ini diketahui terdiri dari beberapa strain. Ichtyophtirius multifilis memiliki selang toleransi suhu lebar, oleh karena itu, penyakit white spot dapat dijumpai baik pada ikan-ikan yang hidup di air dingin maupun yang hidup di daerah tropis.
White spot dapat masuk kedalam sistem akuarium melalui ikan yang terjangkit, atau melalui air yang mengandung parasit pada fase berenang. Tanaman air dan pakan hidup dapat pula menjadi perantara white spot terutama apabila lingkungan hidup tanaman dan pakan hidup tersebut telah terjangkit white spot sebelumnya.
Air ledeng berkualitas baik jarang menjadi media penyebaran white spot. Diketahui bahwa fase berenang white spot hanya dapat bertahan hidup selama beberapa jam saja sebelum harus menempel pada inangnya. Oleh karena itu, biasanya mereka akan mati selama proses pengolahan air.
Pencegahan dan Perawatan
Tindakan karantina terhadap penghuni akuarium baru merupakan tindakan pencegahan yang sangat dianjurkan dalam menghindari berjangkitnya white spot. Pada dasarnya white spot termasuk mudah dihilangkan apabila diketahui secara dini. Berbagai produk anti white spot banyak dijumpai di toko-toko akuarium. Produk ini biasanya terdiri dari senyawa-senyawa kimia seperti metil biru, malachite green, dan atau formalin. Meskipun demikian, ketiga senyawa itu tidak akan mampu menghancurkan fase infektif yang hidup di dalam tubuh kulit ikan. Oleh karena itu, pemberian bahan ini harus dilakukan berulang-ulang untuk menghilangkan white spot secara menyeluruh dari akurium.
Perlu diperhatikan bahwa spesies ikan tertentu, khususnya yang tidak bersisik diketahui sangat tidak toleran terhadap produk-produk anti white spot, oleh karena itu, perhatikan cara pemberian obat-obatan tersebut pada kemasannya dengan baik
Perlakuan perendaman dengan garam dalam jangka panjang (selama 7 hari pada dosis 2ppt(part per thousand)) diketahui dapat menghilangkan white spot . Perlakuan ini hanya dapat dilakukan pada ikan-ikan yang tahan terhadap garam.
Akuarium sendiri dapat dibersihkan dari white spot dengan cara memindahkan selurah ikan dari akuarium tersebut. Pada lingkungan tanpa ikan sebagai inang, fase berenang dari whte spot akan mati dengan sendirinya. Pada akuarium dengan suhu diatas 21°C, akuarium akan terbebas dari white spot setelah dibiarkan selama 4 hari. Akan lebih aman lagi apabila akuarium tersebut dibiarkan selama 7 hari. Semua peralatan akuarium juga akan terbebas dari white spot setelah dibiarkan selama 7 hari.
Radiasi dengan sinar ultra violet dapat pula membantu mengurangi populasi white spot.
Ikan yang lolos dari serangan white spot diketahui akan memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut. Kekebalan ini dapat bertahan selama beberapa minggu atau beberapa bulan. Meskipun demikian ketahanan ini dapat menurun apabila ikan yang bersangkutan mengalami stres atau terjangkit penyakit lain. Pada suatu serangan white spot sering dijumpai ada ikan dari jenis yang sama tidak terjangkit oleh white spot tersebut sama sekali. Hal ini merupakan salah satu petunjuk adanya fungsi kekebalan tadi.
Setiap jenis ikan memiliki tingkat kerentanan yang berbeda terhadap white spot. Dari sekian banyak spesies yang ada Botia macracantha merupakan salah satu spesies yang sangat rentan terhadap white spot.
Ulcer
Ulcer merupakan suatu pertanda tarjadinya berbagai infeksi bakteri sistemik pada ikan. Fenomena ini biasanya ditandai dengan munculnya borok/luka terbuka pada tubuh ikan. Sering pula borok ini disertai dengan memerahnya pinggiran borok tersebut. Ulcer dapat memicu terjadinya infeksi sekunder terutama infeksi jamur, selain itu, dapat pula disertai dengan gejala penyakit bakterial lainnya seperti kembung, dropsi, kurus, atau mata menonjol (pop eye).
Penyebab.
Nekrosis kulit, biasanya sebagai akibat terjadinya infeksi sistemik kronis yang diakibatkan oleh bakteri, terutama dari golongan aeromonas, pseudomonas, myobaker, dan vibrio. Luka terbuka yang terjadi dapat menyebabkan ikan menjadi sangat lemah. Pada kasus yang sangat parah, dimana terjadi kerusakan kulit yang luas, dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada sistem pengaturan osmotik ikan, dan dapat menyebabkan ikan menjadi sangat rentan terhadap infeksi sekunder.
Stres, terutama sebagai akibat penanganan ikan yang kurang baik, atau akibat perubahan lingkungan, dapat menjadi pemicu terjadinya ulcer. Seperti diketahui stres kronis dapat menyebabkan ikan mengalami penurunan daya tahan tubuh sehingga menjadi lebih rentan terhadap penyakit.
Pencegahan dan Perawatan
Untuk mencegah terjadinya ulcer, jaga agar ikan tidak mengalami stres berlebihan.
Apabila ulcer terjadi , hal yang perlu diperhatikan adalah mencoba menghilangkan penyebab ikan stres dan coba perbaiki dan tingkatkan kualitas air akuarium yang bersangkutan. Pada kasus yang parah, perendaman dalam garam untuk jangka panjang (selama beberapa hari) dengan dosis 3-5 ppm dapat membantu memulihkan stres osmotik, sehingga diharapkan ikan dapat bertahan dan mampu menurunkan resiko terjadinya infeksi jamur sekunder.
Ulcer ringan, sampai tahap tertentu, diketahui responsif terhadap perlakuan perendaman dengan obat-obatan anti ulcer atau anti bakteri sistemik. Sedangkan pada kasus yang serius, biasanya diperlukan perlakuan dengan anti biotik (seperti oxytetracycline) yang diberikan secara oral melalui pakan, melalui perendaman atau disuntikan.
Serangan Jamur pada Telur Ikan
Telur ikan diketahui relatif rentan terhadap serangan jamur akuatik. Secara alamiah jamur ini akan menyerang telur-telur yang tidak subur (mati). Meskipun demkian, tidak tertutup kemungkian jamur ini pun akan meyebar dan menyerang telur-telur subur (sehat).
Telur dari hampir semua jenis ikan, secara umum, rentan terhadap serangan jamur. Tingkat kerentanannya bervariasi tergantung pada spesies ikannya. Beberapa diantaranya malah diketahui dapat memproduksi telur yang tahan terhadap infeksi jamur.
Tanda Serangan
Telur yang diserang jamur biasanya akan tampak diselimuti oleh bentukan-bentukan menyerupai benang yang dikenal sebagai hifa jamur berwarna putih. " Benang-benang" ini sampai batas tertentu dapa dilihat dengan bantuan sebuah kaca pembesar.
Pada jenis ikan yang telurnya menggerombol, seperti pada cichlid yang menempelkan telurnya pada substrat, jamur akan sangat mudah menyebar dari telur yang mati ke telur yang sehat. Kondisi demikian, pada akhirnya akan dapat menghancurkan seluruh populasi telur tersebut.
Sering disalahartikan bahwa telur-telur yang berwarna putih atau opak adalah telur yang berjamur meskipun tidak dijumpai adanya hifa. Hal ini tentu saja tidak tepat. Pada dasarnya beberapa buah telur bisa saja berwarna putih pada saat dikeluarkan. Telur transparan yang tidak subur baru akan berubah menjadi puthih dalam waktu 24 jam, tapi jamur tidak akan segera menginfeksinya. Infeksi jamur baru akan terjadi setelah beberapa saat kemudian.
Penyebab
Jamur dari golongan Saproligna dan atau Achyla
Kontrol dan Perlakuan
Pada jenis ikan yang mengasuh anaknya, seperti cichlid, induk ikan secara teratur akan menyingkirkan telur yang mati sebelum telur-telur tersebut berjamur, dengan demikian, telur-telur lain yang subur akan dapat terjaga dari infeksi jamur. Dalam beberapa kasus, akuaris, harus ikut campur dalam menyingkirkan telur mati tersebut dengan menggunakan pipet, jarum atau pinset kecil.
Apabila telur ikan diinkubasikan secara terpisah. Maka usaha pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan perlakuan perendaman jangka panjang dengan menggunakn metil biru (methylenene blue) dengan dosis 2 ppm. Pada telur-telur ikan yang memiliki masa inkubasi lebih dari 4 hari, maka pemberian metil biru perlu diulang setiap 2 atau 3 hari.
Sembelit (Konstipasi)
Sembelit atau konstipasi (constipation) merupakan gejala yang tidak jarang dijumpai pada ikan, dengan ciri utama ikan kehilangan nafsu makan, tidak bisa buang kotoran, dan malas (berdiam diri di dasar). Dalam kasus berat bisa disertai dengan nafas tersengal-sengal (megap-megap) dan badan mengembung.
Penyebab
Pada umumnya disebabkan oleh diet yang tidak tepat yang diberikan dalam jangka waktu lama.
Pencegahan dan pengobatan
Puasakan ikan selama beberapa hari. Lakukan perlakuan perendaman dengan garam inggris. Naikkan suhu secara perlahan (dalam selang toleransi ikan yang bersangkutan) untuk meningkatkan metabolisme. Pada saat ikan tampak mulai bisa membuang kotoran, beri makan pertama kali dengan pakan yang mengandung serat tinggi.
Perbaiki/koreksi diet ikan untuk mencegah berulangnya gejala. Tambahkan pada diet suplemen pakan dengan kandungan serat tinggi.
Neon Tetra
Penyakit ini diketahui khusus menyerang ikan neon tetra dan beberapa spesies terkait lainnya. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa ikan lain imune terhadapnya. Beberapa jenis cichlid seperti manvis, dan cyprinid seperti Rasbora dan Barb, dilaporkan menjadi korban pula dari penyakit ini.
Gejala
Warna ikan memucat dan disertai dengan hilangnya garis merah. Pada infeksi ringan bisa tidak menunjukkan gejala apa-apa. Sedangkan pada gejala menengah sampai parah, selain warna memucat dan kehilangan warna merah, juga sering disertai dengan timbulnya bercak-bercak putih dibawah kulit. Munculnya bercak putih menunjukkan terjadinya kerusakan pada jaringan otot ikan.
Disamping gejala tersebut diatas ikan yang terinfeksi dapat pula menunjukkan gejala malas/lesu, kesulitan berenang, dan kehilangan berat badan (kurus).
Penyebab.
Disebabkan oleh parasit Pleistophora hyphessobryconis. Penyebaran penyakit pada umumnya terjadi melalui spora yang terbawa oleh pakan, atau melalui bagian ikan terinfeksi yang mati dan dimakan oleh ikan yang bersangkutan.
Infeksi dapat pula dipicu oleh kondisi kualitas air yang memburuk atau tidak sesuai dengan kebutuhan neon tetra. Oleh karena itu, sebelum melakukan perlakuan apapun terhadap penyakit ini, pastikan terlebih dahulu bahwa kondisi air akuariumnya sudah ideal untuk kehidupan ikan neon tetra.
Setelah berada dalam usus ikan, parasit akan masuk kedalam jaringan tubuh dan menggandakan diri disana kemudian menyebar. Jaringan yang mengandung parasit akan mati, warnanya mejadi pucat kemudian berubah berwarna putih.
Pencegahan dan Perawatan
Belum ada obat-obatan yang diketahui efektif untuk mengatasi infeksi Pleistphora. Meskipun demikian tidak ada salahnya mencoba obat-obatan yang ditawarkan di toko akuarium yang disiapkan untuk panyakit tersebut.
Percobaan pengobatan dengan menggunakan Toltrazunil diketahui cukup menjanjikan.
Pencegahan tampaknya merupakan hal yang sangat dianjurkan untuk menghidar dari infeksi penyakit . Untuk itu jagalah supaya kualitas air tetap optimum dan parameternya sesuai bagi kebutuhan hidup neon tetra.
Spora pleisthopora dapat bertahan hingga beberapa bulan dalam akuarium, sehingga usaha untuk menghilangkan penyakit ikan neon tetra ini secara tuntas relatif sulit dilakukan.
Mata Berkabut (Cloudy Eye)
Mata berkabut atau "cloudy eye" ditandai dengan memutihnya selaput mata ikan. Permukaan luar mata tampak dilapisi oleh lapisan tipis berwarna putih.
Secara umum gejala ini disebabkan oleh kondisi kualitas air yang memburuk, terutama sebagai akibat meningkatnya kadar amonia dalam air. Apabila gejala mata berkabut terjadi, makah hal yang harus dicurigai terlebih dahulu adalah kondisi air. Koreksi parameter air hingga sesuai dengan keperluan ikan yang bersangkutan. Apabila gejala ini terjadi, sedangkan parameter air dalam keadaan normal, maka terdapat kemungkinan gejala tersebut disebabkan oleh hal lain.
Beberapa hal yang dapat memicu terjadinya mata berkabut adalah:
Infeksi sekunder, menyusul terjadinya kerusakan fisik pada mata.
Produksi lendir berlebihan, biasanya sebagai akibat reaksi terhadap infestasi protozoa parasit (penyakit selaput lendir kulit); kualitas air yang memburuk (amonia, nitrit, dan nitrat); nilai pH yang tidak sesuai; keracunan (klor/kloramin); atau akibat pemberian perilakuan pengobatan yang tidak sesuai.
Diplostomum (fluke pada mata). Dalam kasus ini bagian mata yang memutih adalah lensanya, bukan permukaan luar mata.
Infeksti bakteri eksternal
Kekurangan vitamin, khususnya vitamin A, B, dan C.
Gejala mata berkabut bisa juga disertai dengan Exophtahlmia (Pop Eye/Mata menonjol), malaise, atau iritasi.
Perawatan dan pemulihan mata berkabut hendaknya mengacu pada penyebab yang menimbulkannya. Oleh karena itu, carilah dan coba indentifikasi dengan seksama kemungkinan penyebabnya sebelum melakukan tindakan pemulihan.
Kutu Jarum
Kutu jarum, atau kutu jangkar merupakan parasit ikan berukuran besar yang kerap menyerang ikan. Kutu ini pada umumnya lebih sering menyerang ikan yang dipelihara di kolam dibandingkan dengan di akuarium. Disebut sebagai kutu jarum karena penampilannya sepintas mirip sebuah jarum yang menancap pada tubuh ikan terserang. Sedangkan disebut sebagai kutu jangkar, karena hewan ini menancapkan kepalanya kedalam tubuh ikan dengan menggunakan semacam perangkat mirip jangkar. Meskipun disebut sebagai "kutu" hewan ini sebenarnya tarmasuk dalam kelompok udang-udangan. Setidaknya telah dikenal 10 spesies dari kutu jarum, dari kesepuluh jenis ini Lernae cyprinacea merupakan jenis yang biasa ditemukan, khususnya, di daerah tropis seperti Indonesia.
Kutu jarum mempunyai siklus hidup langsung tanpa inang perantara. Kutu jantan dan betina akan berpasangan pada permukaan tubuh ikan. Meskipun demikian hanya kutu betina saja yang kemudian menjadi parasit. Kutu jantan akan mati setelah mereka kawin. Kutu betina akan menancapkan kepalanya kedalam jaringan tubuh ikan dengan bantuan alat berbentuk jagnkar sehingga dia bisa menempelkan dirinya dengan ketat pada tubuh ikan yang diinfeksinya. Hewan ini selanjutnya akan menyerap darah dan memakan bagian-bagian sel ikan.Dalam perkembangannya kutu betina akan membentuk kantung telur (Gambar 1). Kantung telur ini akan tampak menonjol dari tubuhnya membentuk huruf Y atau T. Telur selanjutnya akan dilepas kedalam air, menetas disana, dan mengalami metamorfosis beberapa tahap sebagai hewan berenang dan sebagai parasit. Parasit dalam fase larva ini kerap menyerang insang ikan.
Tanda-Tanda Serangan Sebagai ektoparasit berukuran besar, cacing jarum dewasa mudah dilihat dengan mata telanjang. Mereka menempel pada permukaan tubuh ikan. Ikan yang terserang bisa menunjukkan gejala berenang kesana kemari dengan cepat, atau menggesek-gesekan tubuhnya pada benda-benda didalam akuarium dalam rangka membebaskan tubuhnya dari kutu yang menempel, atau dari irititasi yang ditimbulkan. Pada ikan besar, serangan ini bisa tidak berpengaruh, tapi pada ikan kecil seperti guppy, kehadiran mereka bisa berakibat fatal (Gambar 2.).Serangan oleh parasit pada fase larva, bila terjadi dalam jumlah besar, khususnya pada insang, bisa menyebabkan ikan yang bersangkutan mengalami kesulitan bernafas, kerusakan fungsi insang, dan akhirnya menyebabkan kematian. Parasit dalam fase larva ini tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, melainkan harus dibantu dengan pangamatan di bawah mikroskop. Meskipun demikian, bila dijumpai beberapa kutu jarum dewasa melekat pada tubuh ikan, kemungkinan besar serangan parasit pada fase larva mereka juga terjadi.
Pencegahan dan PerlakuanIkan yang terserang kutu jarum disarankan agar diisolasi dari ikan lainnya. Hal ini diperlukan untuk menghindari kutu jarum melepaskan telurnya dan menginfestasi ikan lain dalam akuarium tersebut. Kutu dewasa bisa dilepaskan secara fisik dengan bantuan pinset. Lakukan hal ini dengan hati-hati agar jangan sampai kepala kutu masih tertinggal dalam tubuh ikan. Kepala kutu yang tertinggali bisa menjadi faktor penyebab infeksi sekunder lainnya. Pelepasan secara fisik hanya direkomendasikan pada ikan berukuran besar yang mampu menahan akibat dari proses pencabutan. Jangan lakukan hal ini pada ikan berukuran kecil, karena bisa terjadi sebagian dari tubuh mereka ikut terbawa atau bahkan rusak pada saat proses pencabutan (Gambar 3.). Luka yang tertinggal setelah pencabutan perlu diberi antiseptik seperti merchurochrome untuk mencegah infeksi sekunder.Perlakuan dengan perendaman dapat pula dilakukan untuk menghilangkan parasit pada fase larva, sampai beberapa tahap juga efektif untuk cacing jarum dewasa. Senyawa organofosfat diketahui efektif pada takaran 0.2 - 0.3 ppm. Bagi anda yang kesulitan mendapatkan senyawa organofosfat bisa menggunakan ABATE sebagai salah satu alternatif.
Kutu jarum masuk kedalam akuarium pada umumnya melalui pakan hidup yang berasal dari hewan akuatik. Salah satu hewan yang diketahui dapat membawa parasit ini adalah kodok. Untuk itu pastikan bahwa kodok yang akan dijadikan pakan telah terbebas dari parasit ini. Hewan air lain yang ditangkap langsung dari alam, juga beresiko membawa bibit parasit kutu jarum. Mengkarantina pakan hidup tersebut dengan baik sebelum diberikan pada ikan adalah cara yang paling baik untuk menghindari terjadinya serangan parasit kutu jarum.
Klorin dan Kloramin
Klorin dan kloramin merupakan bahan kimia yang biasa digunakan sebagai pembunuh kuman (disinfektan) di perusahan-perusahan air minum seperti PAM atau PDAM. Klorin (Cl2) merupakan gas berwarna kuning kehijauan dengan bau lumayan menyengat. Bau ini bisa dikenali seperti bau air kolam renang yang biasanya secara intensif diberi perlakuan klorinasi dengan kaporit. Sedangkan kloramin merupakan senyawa klorin-amonia (NH4Cl).
Klorin relatif tidak stabil di dalam air sehingga biasanya akan segera terbebas keudara, sedangkan kloramin jauh lebih stabil dibandingkan klorin sehingga beberapa perusahan pengolah air minum (di LN) tidak sedikit yang menggunakan bahan ini sebagai pengganti klorin. Baik klorin maupun kloramin sangat beracun bagi ikan. Keduanya akan bereaksi dengan air membentuk asam hipoklorus yang diketahui dapat merusak sel-sel protein dan sisitem enzim ikan. Tingkat keracunan klorin dan kloramin secara alamiah akan meningkat pada pH lebih rendah dan temperatur lebih tinggi, karena pada kondisi demikian proporsi asam hipoklorus yang terbentuk akan meningkat.
Untuk menghindari efek kronis dari bahan tersebut maka residu klorin dalam air harus dijaga agar tidak lebih dari 0.003 ppm. Klorin pada konsentrasi 0.2 - 0.3 ppm sudah cukup untuk membunuh ikan dengan cepat.
Tanda-tanda Keracunan
Ikan yang terkena klorin akan menunjukkan gejala seperti ingin keluar dari akuarium/tank, meluncur kesana kemari dengan cepat dalam usaha mencari daerah yang bebas dari klorin atau kloramin. Selanjutnya ikan akan gemetar dan warna menjadi pucat, lesu dan lemah. Klorin dan kloramin secara langsung akan merusak insang sehingga dapat menimbulkan gejala hipoxia, meningkatkan kerja insang dan ikan tampak tersengal-sengal dipermukaan. Apabila ada aerasi atau aliran air, maka ikan-ikan tersebut akan tampak berkerumun disana.
Pencegahan dan Perlakuan
Air keran harus selalu di deklorinasi sebelum digunakan, baik secara kimiawi maupun fisika. Klorin dapat dihilangkan dengan pemberian aerasi secara intensif, atau dengan menyemburkan air keras-keras pada wadah (penampungan), atau dengan cara yang lebih sederhana yaitu dengan membiarkan (mengendapkan) air selama semalam. Dengan cara demikian maka gas klorin akan terbebas ke udara.
Cara lain adalah dengan menggunkan bahan deklorinator atau lebih dikenal dengan nama anti klorin yang biasa dijual di toko-toko akuarium. Penggunaan anti-klorin lebih dianjurkan untuk air-air yang diolah dengan kloramin. Sebelumnya pastikan bahwa anti klorin tersebut dapat bekerja baik untuk klor maupun kloramin, karena tidak semua produk anti klorin bisa menangani keduanya sekaligus. Pada umumnya anti-klorin mengandung natrium tiosulfat yang akan segera mengikat klorin. Kloramin relatif lebih sulit diatasi oleh natrium tiosulfat saja dibandingkan dengan klorin, karena maskipun gas klorinnya dapat diikat dengan baik, tetapi akan menghasilkan amonia. Anti klorin yang ditujukan untuk mengatasi kloramin, biasanya akan mengandung bahan kimia lain yang akan mengingat amonia tersebut. Apabila tidak maka dianjurkan untuk mengalirkan air hasil deklorinasi tersebut melewati zeolit.
Anti klorin hendaknya digunakan pada air sebelum air tersebut dimasukkan kedalam akuarium. Pemberian secara langsung di dalam akuarium disarankan hanya dilakukan dalam keadaan darurat saja.
Pada kasus terjadinya keracunan klorin, segera pindahkan ikan yang terkena kedalam akuarium/wadah yang tidak terkontaminasi. Dalam keadaan terpaksa tambahkan anti-klorin pada akuarium yang terkontaminasi untuk menetralisir/manghilangkan residu klorin sesegera mungkin. Tingkatkan intensitas aerasi untuk mengatasi kemungkinan terjadinya stres pernapasan pada ikan-ikan didalamnnya.
Keracunan
Akuarium merupakan suatu ekosistem kecil yang sangat terbatas, oleh karena itu, terjadinya pencemaran oleh bahan beracun sedikit saja bisa berakibat fatal pada penghuninya. Apabila dijumpai gejala-gejala keracunan, segeralah lakukan tindakan pemulihan, kalau tidak, anda bisa kehilangan seluruh penghuni akuarium yang anda sayangi.
Berapa kemungkinan bahan beracun:
Beberapa bahan beracun yang dapat masuk kedalam lingkungan akuarium baik sengaja maupun tidak, antara lain adalah:
Bahan kimia yang secara tidak sengaja digunakan disekitar akuarium, sperti parfum, aerosol, asap rokok berlebihan, minyak, insektisida, cat, deterjen atau sabun.
Bahan logam yang jatuh kedalam akuarium atau merupakan bagian dari perangkat akuarium tapi tidak terisolasi dengan baik
Kualitas dari lem akuarium yang kurang baik, atau lem sebelumnya belum dicuci dengan baik.
Racun bisa juga juga ditimbulkan dari kaporit yang terkandung berlebihan dalam sumbar air akuarium, atau bisa juga berasal dari material dekorasi yang tidak debersihkan dengan baik sebelumnya. Pembusukan bahan-bahan organik pada dasar akuarium bergravel dapat pula menyumbangkan bahan beracun.
Amonia, nitrit, dan nitrat
Ikan beracun: Beberapa jenis ikan dan binatang tertentu (terutama dari lingkungan air laut) diketahui mengandung racun. Oleh kerana itu, binatang-binatang ini bisa menimbulkan akibat fatal pada penghuni akuarium lainnya. Beberapa contoh dari golongan binatang beracun ini adalah; skinned puffer, boxfish, truckfish, soapfish, lionfish, scorpion fish, ikan pari, anemon, mentimun laut, gurita, koal api, spong api, landak laut, dan fireworms. Pada umumnya binatang-binatang tersebut akan mengeluarkan racunnya apabila dalam keadaan terancam atau ketakutan. Beberapa jenis juga dapat mengeluarkan racunnya apabila terluka atau sakit.
Gejala:
Ikan meluncur dengan cepat kesana kemari secara tiba-tiba, berenang dengan liar, dan terkadang hingga menabrak objek-objek dalam akuarium dan juga kaca. Nafas tersengal-sengal. Warna menjadi pudar. Terkadang tergeletak di dasar akuarium dangan nafas tersengal-sengal.
Kata kunci dari keracunan adalah tiba-tiba dan serentak. Oleh karena itu, apabila ikan penghuni akuarium secara tiba-tiba dan serentak (hampir menimpa seluruhnya) bernapas tersengal-sengal bisa dipastikan air akuarium anda tercemar bahan beracun.
Pelakuan:
Segera pindahkan ikan dan tempatkan pada akuarium karantina yang telah diisi air bersih. Jangan gunakan air dari akuarium utama yang tercemar. Berikan aerasi secara intensif.
Ganti air pada akuarium utama sekurang-kurangnya sebanayk 80%. Jalankan filter, dan kalau perlu tambahkan karbon aktif. Tingkatkan intensitas aerasi hingga 2 kali lipat.
Ikan pada akuarium karantina, setelah beberapa jam, akan segera pulih, terutama mereka yang tercemar ringan. Lanjutkan pengawasan pada ikan-ikan tersebut hingga diyakini baha gejala keracunan telah hilang.
Ikan-ikan yang tetap tergeletak dan bernapas dengan berat kemungkinan besar tidak akan bisa diselamatkan. Oleh karena itu, untuk mengurangi penderitaan mereka sebaiknya lakukan tindakan Euthanasia.
Ikan Mati Mendadak
Salah satu pengalaman yang paling buruk dan sering membuat frustasi para akuaris adalah apabila menjumpai ikan peiharaannya mati secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas, dan tanpa ada indikasi sakit atau masalah lainnya. Apabila hal demikian terjadi, biasanya hampir tidak dapat ditentukan dengan pasti apa sebenarnya yang terjadi dengan akuarium kita. Meskipun demikian beberapa hal berikut ini dapat menjadi penyebab kejadian tersebut. Untuk ikan laut, beberapa kasus menunjukkan bahwa kematian mendadak berhubungan erat dengan cara penangkapan yang dilakukan. Di beberapa tempat, ikan hias laut ditangkap dengan menggunakan cyanida. Cyanida merupakan racun yang mempunyai efek tertunda. Kematian akibat penggunaan cyanida ini dapat terjadi beberapa hari kemudian setelah ikan ditangkap. Sehingga bisa terjadi ikan yang tampak sehat pada saat dibeli, tiba-tiba mati setelah satu atau dua hari dalam akuarium. Oleh karena itu, sebelum membeli ikan hias laut, carilah keterangan dimana ikan tersebut ditangkap dan bagaimana cara penangkapannya. Ikan yang ditangkap dengan menggunakan cyanida cenderung memiliki warna yang lebih intensif.
Kematian mendadak dapat juga terjadi sebagai akibat stress yang dialami ikan, terutama pada saat ditangkap dan dikirim. Penanganan pada saat penangkapan dan transportasi yang buruk sering menjadi penyebab kematian mendadak.
Ikan baru sering pula membawa bibit penyakit sehingga dapat menyebabkan terjadinya wabah penyakit tiba-tiba dalam akuarium yang semula dalam kondisi sehat dan terkontrol. Oleh karena itu, jangan lupa agar selalu mengkarantinakan ikan baru seperlunya.
Sering juga terjadi ikan mati mendadak karena kondisi air yang memburuk, meskipun secara visual air tersebut tampak jernih. Sindrom akuarium baru, misalnya, merupakan salah satu pembunuh ikan nomer satu. Dalam suatu sistem akuarium yang belum stabil, penambahan seekor ikan saja dapat menyebabkan ketidak seimbangan ekosistem yang drastis, sehingga dapat menyebabkan kematian seluruh ikan pada akuarium tersebut.
Terdapat kecenderungan bahwa para akuaris baru sering memberikan pakan dalam jumlah berlebih. Kelebihan pakan akan meningkatkan pertumbuhan bakteri pembusuk, sehingga dapat mengurangi kadar okigen, dan menghasilkan bahan "beracun" lain yang dapat berakibat fatal pada ikan. Apabila anda mendapati ikan anda mati hari ini, padahal ikan tersebut baik-baik saja sehari sebelumnya. Maka kemungkinan besar ikan tersebut mengalami keracunan sebagai akibat kelebihan pakan.
Kematian mendadak tanpa tanda-tanda penyakit dapat disebabkan sebenarnya oleh penyakit atau parasit tertentu yang belum mencapai tahapan terdeteksi secara visual. Kematian mendadak juga dapat terjadi sebagai akibat ikan kelaparan. Selain itu, dapat pula terjadi sebagai akibat alamiah, yaitu ikan tersebut telah mencapai batas akhir usianya. Apabila anda memelihara ikan selama bertahun-tahun, kemudian mendapati ikan tersebut mati tiba-tiba, padahal ikan tersebut dalam keadaan prima dan tidak menunjukkan gejala penyakit sebelumnya, kemungkinan besar ikan tersebut mati secara alamiah.
Penanganan.
Apabila anda mengalami kajadian ini, yang paling penting dilakukan adalah jangan panik. Cek peralatan listrik, untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran listrik. Segera singkirkan ikan yang mati. Apabila ada ikan lain didalamnya yang masih hidup, cek perilaku dan penampakan fisik lainnya, apakah masih normal atau tidak. Kalau perlu pindahkan ikan tersebut ke dalam akuarium terpisah. Periksa parameter air. Lakukan koreksi parameter air apabila terjadi penyimpangan. Ikuti prosedur keracunan apabila ditemukan indikasi keracunan. Apabila anda yakin tidak ada kalainan pada air. Anda dapat memulai melakukan penanganan pada ikan yang tersisa. Tidak ada salahnya anda lakukan otopsi pada ikan yang mati untuk melihat ada tidaknya kelainan pada bagian internal ikan.

Kelainan Gelembung Renang
Gelembung renang (swimbladder) adalah organ berbentuk kantung berisi udara yang berfungsi untuk mengatur ikan mengapung di dalam air, sehingga ikan tersebut tidak perlu berenang terus menerus untuk mempertahankan posisinya. Organ ini hampir ditemui pada semua jenis ikan.
Beberapa kelainan atau masalah dengan gelembung renang, yang umum dijumpai, adalah sebagai akibat dari luka dalam, terutama akibat berkelahi atau karena kelainan bentuk tumbuh.
Beberapa jenis ikan yang hidup di air deras seringkali memiliki gelembung renang yang kecil atau bahkan hampir hilang sama sekali, karena dalam kondisi demikian gelembung renang boleh dikatakan tidak ada fungsinya. Untuk ikan-ikan jenis ini, kondisi gelembung renang demikian adalah normal dan bukan merupakan suatu gejala penyakit. Mereka biasanya hidup di dasar atau menempel pada dekorasi atau benda-benda lain dalam akuarium.
Tanda-tanda penyakit
Perilaku berenang tidak normal dan tampak kehilangan keseimbangan. Ikan tampak kesulitan dalam menjaga posisinya dalam air. Kerusakan gelembung renang menyebabkan organ ini tidak bisa mengembang dan mengempis, sehingga menyebabkan ikan mengapung dipermukaan atau tenggelam. Dalam beberapa kasus ikan tampak berenang dengan kepala atau ekor dibawah atau terapung pada salah satu sisi tubuhnya, atau bahkan berenang terbalik.
Penyebab
Infeksi bakteri sistemik merupakan penyebab utama dari kelainan ini. Beberapa spesies protozoa dan nematoda dapat pula menyebabkan kelainan tersebut khususnya pada ikan-ikan yang hidup di air dingin, hal ini jarang terjadi pada jenis-jenis ikan akuarium. Pada jenis-jenis ikan teritorial dan agresif, seperti cichlid, kelaian gelembung renang sering sekali karena rusak sebagai akibat benturan berulang-ulang oleh musuhnya. Masalah gelembung renang juga dapat diakibatkan oleh terjadinya tekanan pada organ tersebut sebagai akibat tumor, dropsy, atau sembelit.
Kehilangan keseimbangan sering juga merupakan gejala dari berbagai penyakit lain yang telah parah, atau akibat dari shock.
Pencegahan dan pengobatan
Pemilihan jenis ikan yang tepat dapat menghindarkan terjadinya kelainan ini, terutama akibat berkelahi, khususnya dari jenis-jenis ikan agresif dan teritorial
Menjaga akuarium selalu dalam kondisi bersih dapat mengurangi peluang terjadinya infeksi bakteri sistemik penyebab kalainan/kerusakan gelembung renang. Apabila yakin kelainan gelembung renang adalah akibat dari infeksi bakteri, maka penggunaan antibiotik kadang-kadang bisa mengatasi masalah tersebut.
Memindahkan ikan-ikan yang terjangkit pada wadah lain yang memiliki suhu lebih hangat sampai dengan 5° C (selama selang suhunya masih dalam batas toleransi ikan yang bersangkutan) sering terbukti efektif, termasuk dalam mengatasi kerusakan. Membiarkan ikan dalam air dangkal juga diketahui sangat membantu pemulihan.
Apabila ikan mengalami masalah keseimbangan yang parah, dan tidak menunjukkan perbaikan setelah 3 hari dilakukan perlakuan, maka euthanasia mungkin akan merupakan solusi yang baik dalam mengurangi penderitaan ikan tersebut.
Infeksi Jamur
Infeksi jamur pada ikan dalam akuarium biasanya disebabkan oleh jamur dari genus Spaprolegnia dan Achyla. Jamur biasanya hanya akan menyerang jaringan luar tubuh ikan yang rusak sebagai akibat luka atau penyakit lain. Jamur dapat pula menyerang telur ikan. Selain karena luka, kehadiran jamur dapat pula disebabkan atau dipicu oleh kondisi air akuarium yang buruk, baik secara fisik maupun kimia. Ikan-ikan berusia tua diketahui sangat rentan terhadap infeksi jamur. Pada saat ini, dengan banyaknya fungisida (obat anti jamur), maka serangan jamur sedikit banyak akan dapat ditangani dengan lebih mudah.
Beberapa jamur diketahui juga menyerang bagian dalam jaringan tubuh ikan. Icththyophonus, misalnya diketahui sebagai jamur sistemik yang menyerang ikan. Icththyophonus dapat menginfeksi bagian organ tubuh ikan dan menimbulkan gupalan (nodul) yang mirip seperti terjadi pada kasus TBC ikan. Untuk serangan jamur sistemik ini belum tersedia obat yang dijual secara komersial. Meskipun demikian, perendaman dengan Malachite Green diketahui dapat menyembuhkan serangan jamur sistemik.
Saprolegnia.
Saprolegnia merupakan genus jamur yang termasuk dalam kelas Oomycetes. Dalam akuarium, jamur ini kerap dipakai sebagai nama umum untuk serangan jamur yang menyerupai kapas pada permukaan tubuh ikan. Pada kenyataannya banyak genus dari Oomycetes yang dapat menyebabkan infeksi jamur pada ikan, diantaranya adalah Achyla.
Saprolegnia atau dikenal juga sebagai "water molds" dapat menyerang ikan dan juga telur ikan. Mereka umum dijumpai pada air tawar maupun air payau. Jamur ini dapat tumbuh pada selang suhu 0 - 35 °C, dengan selang pertumbuhan optimal 15 - 30 °C. Pada umumnya, Saprolegnia akan menyerang bagian tubuh ikan yang terluka, dan selanjutnya dapat pula menyebar pada jaringan sehat lainnya. Serangan Saprolegnia biasanya berkaitan dengan kondisi kualitas air yang buruk, seperti sirkulasi air rendah, kadar oksigen terlarut rendah, atau kadar amonia tinggi, dan kadar bahan organik tinggi. Kehadiran Saproglegnia sering pulang disertai dengan kahadiran infeksi bakteri Columnaris, atau parasit eksernal lainnya.
Tanda-tanda penyakit
Kehadiran Saprolegnia biasanya ditandai dengan munculnya "benda" seperti kapas, berwarna putih, terkadang dengan kombinasi kelabu dan coklat, pada kulit, sirip, insang, mata atau telur ikan. Apabila anda sempat melihatnya di bawah mikroskop maka akan tampak jamur ini seperti sebuah pohon yang bercabang-cabang.
Pencegahan dan Perawatan
Serangan Saprolegnia dapat dihindari dengan melakukan perawatan yang baik terhadap kondisi akuarium, terutama dengan menjaga kualitas air selalu dalam kondisi optimal, hindari pemeliharaan ikan dengan kepadatan tinggi untuk mencegah terjadinya luka, dan selalu menjaga ikan agar mendapat gizi yang memadai. Apabila gejala serangan Saprolegnia ditemukan, segera lakukan evaluasi kualitas air akuarium anda dan lakukan koreksi yang diperlukan. Apabila kondisi serangan pada ikan parah, lakukan pengobatan. Selain dengan fungisida khusus ikan, perlakuan dengan PK, formalin dan povidone iodine dapat pula mengobati serangan Saprolegnia.
Branchiomycosis
Branchiomyces demigrans atau "Gill Rot (busuk insang)" disebabkan oleh jamur Branchiomyces sanguinis and Branchiomyces demigrans . Spesies jamur ini biasanya dijumpai pada ikan yang mengalami stres lingkungan, seperti pH rendah (5.8 -6.5), kandungan oksigen rendah atau pertumbuhan algae yang berlebih dalam akuarium, Branchiomyces sp.tumbuh pada temperatur 14 - 35°C , pertumbuhan optimal biasanya terjadi pada selang suhu 25 - 31°C. Penyebab utama infeksi biasanya adalah spora jamur yang terbawa air dan kotoran pada dasar akuarium.
Tanda-tanda Penyakit
Branchiomyces sanguinis dan B. demigrans pada umumnya menyerang insang ikan. Ikan yang terjangkit akan menunjukkan gejala bernafas dengan tersengal-sengal dipermukaan air dan malas. Insang tampak mengeras dan berwarna pucat, khususnya pada daerah yang terjangkit. Pengamatan dibawah mikroskop akan sangat membantu mengenali serangan jamur ini. Apabila bagian jaringan yang terserang mati dan lepas, maka spora jamur akan ikut terbebas dan masuk kedalam air sehingga akan memungkinkan untuk menyerang ikan lainnya.
Pencegahan dan Perawatan
Usaha pencegahan merupakan cara yang sangat disarankan untuk mengontrol serangan jamur ini. Pengelolaan lingkungan akuarium yang baik akan menciptakan kondisi yang tidak disukai oleh jamur tersebut untuk tumbuh.
Apabila penyakit telah terlanjur berjangkit, segera lakukan isolasi. Formalin dan Copper Sulfat diketahui dapat mencegah kematian akibat infekasi Branchiomycosis. Akuarium yang terjangkit hendaknya segera dikuras, dan dikeringkan serta lakukakan tindakan sterilisasi. Apabila hal ini menyerang ikan dalam kolam, keringkan kolam dan berikan perlakuan dengan kalsium oksida.
Icthyophonus
Icthyophonus disebabkan oleh jamur Icthyophonus hoferi . Jamur ini tumbuh baik pada air tawar maupun air asin (laut). Meskipun demikian, biasanya serangan jamur ini hanya akan terjadi pada air dingin 2 - 20° C. Penyebaran Icthyophonus berlangsung melalu kista yang terbawa kotoran ikan atau akibat kanibalisme terhadap ikan yang terjangkit.
Tanda-tanda penyakit
Sebaran penyakit biasanya berlangsung melalui pencernaan, yaitu melalui spora yang termakan. Oleh karena itu, ikan yang terserang ringan sampai sedang biasanya tidak menunjukkan gejala penyakit. Pada kasus serangan berat, kulit ikan tampak berubah kasar seperti amplas. Hal ini disebabkan terjadinya infeksi dibagian bawah kulit dan jaringan otot. Ikan dapat pula menunjukkan gejala pembengkokan tulang. Bagian dalam ikan akan pada umumnya tampak membengkak disertai dengan luka-luka berwarna kelabu-putih.
Pencegahan dan Perawatan
Tidak ada pengobatan yang bisa dilakukan terhadap penyakit ini, ikan biasanya akan menjadi carrier sepanjang hidupnya. Pencegahan adalah satu-satunya cara untuk menghindari serangan penyakit Icthyophonus. Pencegahan dapat dilakukan dengan tidak memberikan ikan mentah atau produk ikan mentah pada ikan, kecuali diyakini bahwa pakan ini terbebas dari Icthyophonus hoferi. Memasak terlebih dahulu pakan tersebuti dapat membantu menghilangkan jamur infektif yang terkandung. Apabila Icthyophonus ditemukan pada ikan anda, maka disarankan untuk segera memusnahkan ikan tersebut. Selanjutnya lakukan sterilisasi pada akuarium yang bersangkutan, termasuk filter dan peralatan lainnya. Apabila hal ini menyerang ikan dalam kolam, dan kolam memiliki dasar pasir atau lumpur maka akan diperlukan pengeringan kolam selama berbulan-bulan untuk menghilangkan jamur tersebut.
Anti Jamur (Fungisida)
Berbagai produk anti jamur untuk akurium relatif banyak ditemukan di toko-toko akuarium. Pada umumnya produk ini merupakan produk untuk pengobatan dengan perlakuan perendaman dalam jangka panjang. Beberapa anti jamur tersebut juga dapat digunakan untuk mencegah serangan jamur pada telur ikan. Beberapa anti jamur yang mengandung phenoxyethanold apat pula digunakan untuk mengobati infeksi bakteri eksternal.
Metil biru merupakan salah satu bahan kimia yang umum digunakan sebagai anti jamur. Selain itu, garam juga diketahui efektif dalam mengobati akibat serangan jamur. Gentian Violet diketahui sangat membantu dalam mengatasi serangan jamur melalui pengobatan lokal di daerah yang terinfeksi jamur ringan.
Penggunaan anti jamur sebagai kuratif rutin, atau sebagai profilaktik sebaiknya dihindarkan. Penggunaan anti jamur dalam jangka panjang dan secara terus menerus dapat menimbulkan efek yang berbahaya. Olah karena itu, penggunaan anti jamur ini untuk hal-hal yang tidak perlu atau hal-hal yang sebenarnya dapat dihindari sebaiknya tidak dilakukan.

Hexamita
Hexamita merupakan parasit yang sering menyerang ikan dari famili cichlidae. Penyakit ini boleh dikatakan sebagai penyakit "bawaan" karena protozoa hexamita selalu dijumpai pada sistem pencernaah cichlid. Hexamita diketahui gampang berpindah dari satu cichlid ke cichlid yang lain. Tanda-tanda Penyakit
Ikan mengeluarkan kotoran berwarna putih (berak kapur), kadang-kadang diikuti oleh pelebaran pori-pori sensor di kepala dan gurat sisi. (Pelebaran pori-pori ini kerap menimbulkan kesan berlubang sehingga sering disebut sebagai penyakit Hole In The Head. Lubang tersebut biasanya akan terisi lendir berwarna putih. Warna ikan akan cenderung menjadi gelap dan kehilangan nafsu makan. Biasanya diikuti juga oleh gejala perut kembung, namun tidak jarang juga ditemui gejala badan kurus.
Penyebab
Hexamita disebabkan oleh protozoa berflagel (falgellata) dari genus Hexamita. Dalam kondisi normal parasit ini kerap dijumpai dalam jumlah kecil pada sistem pencernaan cichlid, pada keadaan tersebut hexamita tidak membahayakan ikan yang bersangkutan. Meskipun demikian, apabila kondisi ikan kemudian menjadi lemah, seperti akibat stress, maka parasit tersebut akan segara menggandakan diri dengan cepat dan memasuki sistem ikan. Apabila mereka memasuki pori-pori sensor yang terletak dikepala, maka pada lokasi tersebut akan terbentuk lubang yang terisi lendir berwarna putih. Kematian dapat terjadi apabila infeksi hexamita ini sampai menyerang organ-organ vital ikan dan menyebabkan kerusakan fatal pada organ tersebut.
Infeksi hexamita dapat diperburuk dengan kehadiran infeksi lain seperti yang disebabkan oleh Aeromonas dan bakteri lainnya.
Pencegahan dan Pengobatan
Metronidazol dan di-metronidazol diketahui efektif dalam mengobati penyakit ini, meskipun demikian adanya resistensi parasit terhadap obat tersebut telah pulah dilaporkan.
Disarankan untuk melakukan pengobatan terhadap individu-individu ikan yang telah nyata menunjukkan gejala terinfeksi. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya resistensi pada parasit tersebut.
Pencegahan terhadap infeksi hexamita dapat dilakukan dengan mencoba menghindari berbagai bentuk stress yang mungkin dialami oleh ikan.
Dropsy Pernahkah anda menemukan ikan kesayangan anda berperut sangat buncit, padahal ikan tersebut tidak sedang "hamil" atau bahkan berkelamin jantan, dan bukan pula kelompok ikan berperut buncit ??. Bila ditemukan gejala seperti itu pada ikan anda dan diyakini merupakan penyimpangan dari penampakan normalnya, kemungkinan besar ikan tersebut terkena gejala dropsy.
Dropsy merupakan gejala dari suatu penyakit bukan penyakit itu sendiri. Gejala dropsy ditandai dengan terjadinya pembengkakan pada rongga tubuh ikan. Pembengkakan tersebut sering menyebabkan sirip ikan berdiri sehingga penampakannya akan menyerupai buah pinus.Pembengkakan terjadi sebagai akibat berakumulasinya cairan, atau lendir dalam rongga tubuh. Gejala ini kerap disertai dengan gejala malas bergerak, gangguan pernapasan, dan atau warna kulit pucat kemerahan.PenyebabMerupakan akibat dari infeksi virus, bakteri aeromonas, myobakteri, atau parasit seperti Hexamita. Kondisi air akuarium yang tidak bagus (seperti akibat terjadinya akumulasi nitrogen) dapat memicu terjadinya gejala dropsy. Secara alamiah bakteri penyebab dropsy kerap dijumpai dalam lingkungan akuarium, tetapi biasanya dalam jumlah normal dan terkendali. Perubahan bakteri ini menjadi patogen, bisa terjadi karena akibat masalah osmoregulator pada ikan, atau karena hal-hal seperti: kondisi lingkungan akuarium yang memburuk, menurunnya fungsi kekebalan tubuh ikan, malnutrisi atau karena faktor genetik.
Infeksi utama biasanya terjadi melalui mulut, yaitu ikan secara sengaja atau tidak memakan kotoran ikan lain yang terkontaminasi patogen atau akibat kanibalisme terhadap ikan lain yang terinfeksi.
Tiga tingkatan penyakit yang mungkin terjadi adalah:
· akut: infeksi terjadi dengan cepat sehingga ikan mati tanpa menunjukkan gejala yang jelas.
kronis: infeksi terjadi secara perlahan secara sistemik dan menujukkan berbagai gejala yaitu pembengkakan rongga tubuh, yang bisa disertai dengan ulcer dan atau exophthalmia.
laten: infeksi terjadi sangat lemah sehingga ikan tampak tidak menunjukkan gejala penyakit, tetapi berpotensial sebagai pembawa (carrier).
Pencegahan dan PengobatanPastikan bahwa akurium selalu dalam kondisi prima (optimal), dan hindari jangan sampai ikan stres. Ikan yang sakit harus segera diisolasi dan dirawat secara optimal. Perendaman secara kontinyu dalam jangka panjang dengan anti bakteri internal dalam beberapa kasus bisa efektif. Meskipun demikian, apabila ikan tidak respon, pengobatan bisa dilakukan melalui pakan (dicampur dengan pakan), sebagai contoh: Oxytetracycline atau Chloramphenicol dapat diberikan dengan dosis 55 mg/kg berat ikan perhari, selama 10 hari; atau sulphamerazine dengan dosis 265 mg/kg berat badan selama tiga hari.

Capillaria
Capillaria adalah nama jenis cacing dari genus nematoda. Cacing ini merupakan parasit pada sistem pencernaan dan juga pada hati ikan. Capillaria diketahui kerap menyerang ikan Diskus (Symphysodon spp) dan Angelfish (Pterophyllum spp).Tanda-tanda Penyakit
Pada infestasi ringan capillaria sering tidak menimbulkan gejala-gejala yang berarti. Sedangkan pada infestasi berat biasanya ditandai dengan gejala "emaciation" atau badan kurus, kehilangan nafsu makan, mengeluarkan kotoran berwarna putih dan tipis, atau kotoran dengan warna berselang-seling antara gelap (hitam) dan terang (putih).
Pada ikan mati, kehadiran cacing ini dapat diketahui dengan melakukan pembedahan dan pengamatan pada isi perut ikan tersebut. Capillaria pada umumnya memilki panjang antara 0.5 sampai 2 cm dengan diameter kurang lebih seukuran dengan rambut. Pada ikan hidup pengamatan dapat dilakukan pada kotoran ikan dibawah mikroskop, dengan mengamati telur Capillaria yang biasanya akan turut serta terbawa kotoran ikan yang bersangkutan.
Penyebab
Kehadiran Capillaria biasanya disebabkan oleh penularan dari ikan lain yang telah terinfeksi sebelumnya. Capillaria tidak memerlukan inang tertentu, sehingga infeksi hanya bisa dilakukan oleh ikan lain yang terinfeksi. Pencegahan dan Pengobatan
Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan antihelmintic seperti Levamisol atau Piperazine. Sedangkan pencegahan terhadap penularan dilakukan dengan mengisolasi ikan yang tertular dari ikan lainnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari penularan melalui kotoran yang dikeluarkan. Kotoran ikan yang terinfeksi pada umumnya akan mengandung telur Capillaria dalam jumlah banyak sehingga akan mudah menular ke ikan lainnya.
Busuk Sirip / Ekor (Fin/Tail Rot)
Busuk sirip atau busuk ekor merupakan fenomena terjadinya proses pembusukan atau kerusakan pada sirip atau ekor ikan. Hal ini biasanya diawali dengan munculnya garis putih kelabu disepanjang sirip yang terinfeksi, kemudian dilanjutkan dengan tercabik-cabiknya bagian membran halus sirip yang dimulai dari bagian tepi sirip/ekor. Daerah pembusukan biasanya akan memerah dan memar. Pelebaran pembuluh darah pada sirip, yang ditandai dengan munculnya garis-garis merah tegas pada sirip (Gambar 1) sering merupakan pertanda akan terjadinya busuk sirip.
Busuk sirip kadang-kadang muncul bersamaan dengan terjadinya serangan penyakit lain seperti serangan busuk mulut. Atau dapat juga disertai dengan serangan penyakit sekunder berupa serangan jamur. Dalam kasus ini busuk sirip bisa disertai dengan gejala munculnya penampakan seperti kapas di bagian yang membusuk.Penyebab
Berbagai hal bisa menjadi pemicu terjadinya busuk sirip, meskipun demikian bakteri merupakan penyebab utamanya. Berbagai jenis bakteri diketahui erat kaitannya dengan busuk sirip, seperti: aeromonas, pseudomonas, dan flexibacter. Bakteri-bakteri tersebut secara alamiah merupakan bagian dari fauna akuatik, sehingga secara umum bisa dijumpai dalam lingkungan akuarium. Mereka menjadi patogen bila kehadirannya menjadi berlipatganda karena sesuatu hal atau mereka manjadi lebih kuat. Beberapa kondisi pemicu busuk sirip diantaranya: Melemahnya daya tahan tubuh ikan, kerusakan fisik sirip, dan serangan bakteri sistemik. Daya tahan tubuh ikan yang melemah sebagai akibat memburuknya kondisi lingkungan merupakan gejala umum pemicu busuk sirip. Kondisi demikian memungkinkan terjadinya serangan bakteri penyebab busuk sirip.
Sirip terluka atau rusak karena sebab fisik dapat menjadi tempat serangan bakteri busuk sirip. Kerusakan mekanik dapat terjadi seperti pada saat dijaring, berkelahi, atau bergesekan dengan dekorasi dasar akuarium atau dekorasi lainnya.
Serangan bakteri sistemik parah sering pula disertai dengan timbulnya busuk sirip atau ekor.
Pencegahan dan Pengobatan
Munculnya busuk sirip atau busuk ekor selalu disertai dengan gejala fisik yang mudah dikenali. Gejala ini bisa timbul beberapa hari sebelum pembusukan terjadi. Oleh karena itu hobiis akan memiliki waktu cukup untuk mengenali gejala tersebut sebelum sirip mulai membusuk.Pengobatan dengan perendaman menggunakan garam bagi ikan-ikan yang toleran terhadap garam atau dengan menggunakan phenoxyethanol sering efektif dalam mengatasi infeksi bakteri dan juga serangan sekunder seperti jamur. Gentian violet dapat juga digunakan terutama bila pengobatan dengan bahan lain dirasakan kurang efektif.
Untuk mempercepat pemulihan sirip atau ekor yang membusuk, kondisi lingkungan yang optimum harus dijaga sebaik mungkin. Bila penyebab serangan busuk sirip ini adalah kondisi lingkungan yang buruk, maka perbaikan kondisi tersebut harus terlebih dahulu dilakukan sebelum treatmen lain dilakukan.
Busuk Mulut
Tidak sedikit para hobiis melaporkan ikannya terserang penyakit dengan tanda-tanda mulut membengkak, tidak bisa mengatup dan disusul kematian dalam waktu singkat. Apabila anda mendapati ikan dalam kondisi demikian, kemungkinan besar ikan anda terserang busuk mulut.
Busuk mulut merupakan penyakit akibat infeksi bakteri. Kehadiran penyakit ini ditandai dengan munculnya memar putih atau abu-abu disekitar kepala, sirip, insang dan rongga mulut. Memar tersebut kemudian akan bekembang menjadi bentukan berupa kapas berwarna putih kelabu, khususnya di sekitar mulut, sehingga mulut sering menjadi tidak bisa terkatup. Kehadiran benda ini tidak jarang sulit dibedakan dengan serangan jamur. Oleh karena itu, untuk memastikan dengan jelas diperlukan pengamatan dibawah mikroskop.
Pada serangan ringan, seperti ditunjukkan oleh adanya memar putih saja, kematian dapat terjadi setelah timbulnya kerusakan fisik yang berarti. Sedangkan dalam serangan akut dan cepat, yang biasanya terjadi di dearah dengan suhu udara hangat seperti di Indonesia, penyakit tersebut dapat berinkubasi kurang dari 24 jam dan kematian terjadi dalam waktu 2 – 3 hari, diantaranya disertai dengan rontoknya mulut. Meskpun demikian, di beberapa kasus bisa terjadi kematian tanpa disertai gejala fisik apapun, sehingga apabila dijumpai kematian mendadak pada ikan, salah satu yang perlu dicurigai adalah akibat serangan penyakit ini.
Penyebab
Busuk mulut merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri flexibacter columnaris. Bakteri ni merupakan bakteri gram negatif berbentuk benang. Secara alamiah bakteri ini hidup di dalam air pada jasad-jasad organik mati, benda-banda padat, dan juga pada kulit ikan sehat.
Busuk mulut biasanya akan terjadi pada suhu diatas 20° C, biasanya menyusul kejadian seperti, terluka akibat penangan ikan yang kurang memadai atau berkelahi dan luka lainnya; kekurangan vitamin yang menyebabkan kulit menjadi tidak sehat sehingga mudah terinfeksi; dan kondisi kualitas air yang buruk, seperti kadar ammonia tinggi, begitu pula dengan nitrit dan nitrat, pH tidak tepat dan kadar oksigen terlarut rendah.
Pencegahan dan Pengobatan
Pengobatan terhadap busuk mulut sering dilakukan sekaligus dengan pengobatan terhadap serangan jamur. Hal ini dilakukan untuk lebih amannya saja, karena serangan busuk mulut sering mempunyai gejala sama dengan serangan jamur. Oleh karena itu, penyakit ini sering diobati baik dengan bakterida maupun fungsida sekaligus. Perendaman dengan menggunakan phenoxyethanol diketahui efektif dalam mengatasi serangan busuk mulut. Sedangkan bila serangan telah mencapi pula bagian dalam ikan perlu dilakukan pengobatan dengan menggunakan antibitotik.
Flexibater columnaris menyukai air dengan kesadahan tinggi dengan pH air diatas 6. Oleh karena itu sering dianjurkan untuk mencegah serangannya dilakukan koreksi terhadap parameter terutama bagi akuarium-akurium yang mensyarakatkan parameter kesadahan dan pH sama dengan bakteri tersebut. Koreksi terhadap kehadiran ammonia, nitrit dan nitrat dan faktor lainnya akan sangat mengurangi resiko serangan busuk mulut tersebut.
Beberapa laporan menunjukkan bahwa ikan yang terserang penyakit ini tetapi kemudian selamat, menunjukkan gejala munculnya kekebalan. Ikan demikian akan kebal terhadap serangan busuk mulut dikemudian hari.

Bintil Putih (Limfosistis)
Limfosistis merupakan penyakit ikan yang disebabkan oleh sejenis virus. Penyakit ini dapat menyerang sejumlah besar ikan, akan tetapi serangannya biasanya terbatas pada jenis-jenis ikan yang telah mengalami evolusi lanjut, seperti keluarga cichlid. Penyakit ini tidak menyerang golongan cyprinid maupun catfish.
Hama penyakit ikan ini berasal dari nama kista berwarna putih yang menyertai serangan. Kista tersebut bisa dijumpai secara sendiri-sendiri (tunggal) ataupun bergerombol pada permukaan tubuh ikan. Dalam beberapa kasus kista-kista ini dapat bergabung membentuk struktur bertumpuk menyerupai bunga kol (Gambar 1).Virus limfosistis pada dasarnya akan menyerang sel-sel ikan sehingga sel tersebut akan membesar 50 hingga 100000 kali dari ukuran normalnya. Pada saat infeksi berlangsung, sel-sel disekitar sel yang terinfeksi akan dapat pula terserang dan membesar sehingga akan membentuk kumpulan sel-sel berukuran besar yang mengandung banyak virus dan membentuk bintil berwarna putih.
Dalam waktu beberapa minggu atau bulan, bintil ini dapat mencapai ukuran 0.5 cm atau lebih. Kehadiran limfosistis akan sangat mengganggu tampilan ikan. Meskipun demikian, diketahui jarang mengancam kehidupan ikan dan sering hilang dengan sendirinya.
Tanda-tanda PenyakitInfeksi penyakit pada umumnya diawali dengan munculnya bintil kecil berwarna putih, atau abu-abu atau kadang-kadang merah jambu. Muncul terutama pada bagian sirip. Tidak tertutup kemungkinan mereka muncul di bagian tubuh lainnya.Pada tahap serangan awal, penyakit ini sangat sering menyerupai serangan white spot. Bedanya linfosistis akan tumbuh membesar dan jumlahnya tidak akan sebanyak white spot. Ikan yang terserang limfosistis hampir tidak pernah menunjukkan kesulitan bernapas, atau meluncur kesana-sini. Limfosistis dapat disertai dengan kehilangan nafsu makan pada ikan yang bersangkutan sehingga tidak jarang menyebabkan ikan menjadi kurus.Penyebab
Penyakit limfosistis disebabkan oleh sejenis iridovirus (kelompok virus DNA). Virus ini memiliki ukuran 180-200 mikron sehingga cukup sulit untuk dilihat dengan menggunakan mikroskop biasa.
Cara penyebarannya tidak diketahui dengan pasti. Kemungkinan adalah dari "pecahan" bintil yang kemudian menyebabkan tersebarnya virus . Virus yang terbebas kemudian akan masuk dan menghuni air selama beberapa hari dan selanjutnya dapat memasuki tubuh ikan melalui kulit yang terluka. Infeksi melalui mulut juga diduga mungkin terjadi.
Stress dan kondisi lingkungan yang buruk diketahui dapat menjadi pemicu serangan, atau memicu virus yang mungkin sebelumnya dorman dalam tubuh ikan.
Infeksi limfosistis sering menyerang ikan- ikan yang yang diberi pewarna artifisial. terutama pada famili Chandidae. Meskipun demikian, belum diketahui secara pasti apakah hal ini disebabkan oleh stress yang ditumbulkan pada saat injeksi dilakukan atau akibat kontaminan pada jarum suntik yang digunakan.Pencegahan dan Penanganan
Sejauh ini belum diketahui pengobatan yang tepat unuk mengatasi limfosistis. Meskipun demikian, penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya dan jarang berakibat fatal.
Ikan yang terserang harus diiolasi untuk mncegah terjadinya penularan, sampai penyakit tersebut hilang. Ikan yang terserang biasanya akan menajdi kebal sehingga tidak akan terinfeksi kembali. Ikan harus tetap dikarantina hingga sekitar 2 bulan setelah panyakit hilang dari ikan yang bersangkutan.
Operasi kecil bisa saja dilakukan. Akan tetapi biasanya tidak diperlukan sehingga tidak terlalu direkomendasikan, terutama akibat stress yang mungkin dialami oleh ikan yang bersangkutan akibat operasi tersebut. Kecuali apabila ukuran dan posisi bintil tersebut sangat mengganggu aktifitas ikan yang terinfeksi.
Satu-satunya cara agar limfosists tidak sampai menyerang ikan adalah dengan melakukan karantina yang memadai. Penyakit ini biasanya baru terlihat 10 hari hingga 2 bulan setelah infeksi. Meskipun demikian, karantina bagi limfosistis tidak perlu dilakukan pada ikan-ikan yang tidak dapat terserang seperti ikan dari famili Cyprinid. Ikan-ikan yang telah mengalami kontak dengan ikan terinfeksi disarankan untuk dikarantina selama 2 bulan, sampai dipastikan bahwa infeksi tidak terjadi.

Kutu Air (Argulus)
Argulus atau kutu ikan merupakan parasit ikan dari golongan udang-udangan keluarga Branchira. Parasit ini masuk ke dalam akuarium biasanya melalu pakan hidup. Diketahui ada sekitar 30 spesies Argulus. Dua diantaranya, yang erat kaitannya dengan akuarium, adalah Argulus foliatus dan Argulus japonicus
Sifat parasitik Argulus cenderung temporer. Mereka mancari inangnya secara acak dan dapat berpindah dengan bebas pada tubuh ikan atau bahkan meninggalkannya. Argulus diketahui dapat berahan selama beberapa hari diluar tubuh ikan.
Argulus menempel pada ikan dengan menggunakan alat penghisap khusus. Selanjutnya binatang ini akan menancapkan mulut jarumnya pada tubuh ikan untuk menyuntikan anti koagulan darah. Baru kemudian parasit tersebut mengkonsumsi darah dari inangnya.
Argulus biasanya kawin dalam air terbuka. Argulus betina dapat menghasilkan 100 butir telur atau lebih yang ditempelkannya pada permukaan benda padat. Telur akan menetas dalam waktu 25 hari. Masing-masing telur pada umumnya menetas pada waktu yang berbeda. Larva Argulus dengan ukuran 0.6 mm bersifat planktonik sebelum akhirnya menyerang ikan. Larva ini akan berganti kulit selama 8 kali sebelum mencapai dewasa dengan ukuran 3 - 3.5 mm. Hal ini berlangsung dalam waktu 5 minggu.
Tingkat serangan Argulus sangat tergantung pada ukuran ikan dan jumlah individu parasit yang menyerang. Meskipun demikian, sering tidak menimbulkan ancaman kematian pada ikan yang bersangkutan. Akan tetapi luka yang ditimbulkannya dapat menjadi rentan fterhadap serangan jamur dan bakteri.
Pada serangan yang sangat parah ikan dapat kehilangan banyak darah, atau juga mengalami stres osmotik akibat luka-luka yang menganga sehingga tidak tertutup kemungkinan pada serangan yang sangat parah dapat menyebabkan kematian. Argulus diketahui dapat pula menjadi vektor penyakit lainnya
Tanda-tanda SeranganArgulus melukai kulit dalam rangka mendapatkan darah korbannya sehingga sering menimbulkan memar merah pada bekas "gigitannya". Selain dengan tanda ini, kehadiran parasit itu sendiri dapat mudah dilihat dengan mata telanjang berupa mahluk transparan berbentuk bulat mendatar dengan diameter 5 - 12 mm. Sepasang bintik mata dapat dilihat dibagian kepalanya (Gambar 1).Ikan yang terjangkit akan menjadi gelisah, meluncur kesana kemari, atau terkadang melompat keluar dari permukaan air; serta menggosokan badannya pada dasar akuarium atau dekorasi dan benda lainnya. Serangan yang parah bisa menyebabkan ikan manjadi malas , kehilangan nafsu makan, dan warna beruabah mejadi opak sebagai akibat produksi lendir yang berlebihan. Pencegahan dan Pengobatan
Senyawa organfosforus diketahui efektif dalam menghilangkan Argulus. Alternatif lain adalah dengan perendaman jangka pendek dalam luratan standar formalin (37-47 %) sebanyak 0.125 mg/liter air selama satu jam atau dalam larutan kalium permanganat dengan dosis 10 mg/liter selama 30 menit. Lakukan aerasi selama proses perendaman dilakukan.
Apabila parasit hanya dijumpai dalam jumlah sedikit maka pengambilan secara fisik bisa dilakukan dengan menggunakan pincet. Luka yang ditinggalkan selanjutna dibubuhi antiseptik. Cara ini akan efektif apabila kemudian ikan dipindahkan ake tempat lain yang bebas benih Argulus. Karenat tidak tertutup kemungkinan akuarium tempak ikan tersebut semula telah tercemar olah benih atau larva argulus.
Lakukan karantina pada pakan hidup yang diambil langsung dari alam untuk mencegah terjangkitnya akuarium oleh Argulus. Begitu terhadap dekorasi berupa batu potongan kayu, atau tanaman yang diambil dari perairan bebas.